Zein Zahiratul Fauziyyah • 18 October 2025 11:15
Jakarta: Setiap tanggal 28 Oktober, Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda. Tonggak sejarah yang menegaskan tekad satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa yaitu Indonesia. Ikrar yang lahir dari Kongres Pemuda II tahun 1928 ini tentunya menjadi simbol kebangkitan nasional dan pondasi persatuan bangsa.
Namun, di balik kisah heroik tersebut, muncul satu pertanyaan yang terus memantik rasa ingin tahu publik: benarkah Soekarno, sang proklamator, hadir dan berperan langsung dalam Kongres Pemuda itu?
Klaim Soekarno dalam Otobiografinya
Dalam otobiografinya “Bung Karno: Penjambung Lidah Rakjat Indonesia”, Soekarno mengisahkan bahwa pada 28 Oktober 1928 ia mengikrarkan sumpah khidmat: “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa."
Ia juga menyebut bahwa pada tahun yang sama, ia turut menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya untuk pertama kalinya. Pernyataan ini mengisyaratkan keterlibatan moral dan ideologis Bung Karno dalam semangat Sumpah Pemuda, meski tanpa bukti kuat bahwa ia hadir langsung di
Kongres Pemuda II.
Artinya, Soekarno memang mengaitkan dirinya secara personal dengan semangat yang lahir dari kongres tersebut. Namun hingga kini, belum ada catatan sejarah yang membuktikan bahwa ia berada di antara para peserta saat momen bersejarah itu berlangsung.
Perdebatan di Kalangan Sejarawan
Peran Soekarno dalam Kongres Pemuda II telah lama menjadi bahan perdebatan di kalangan sejarawan. Sebagian berpendapat bahwa gagasan penyatuan organisasi pemuda justru dipengaruhi oleh pemikiran Soekarno yang kala itu aktif menggerakkan kesadaran politik nasional melalui Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (
PPPKI). Gagasan tersebut diyakini menginspirasi semangat kongres.
Namun, tokoh-tokoh lain seperti Abu Hanifah, sekretaris Kongres Pemuda II membantah pandangan itu. Ia menegaskan bahwa Soekarno tidak memiliki peran langsung dalam perumusan keputusan kongres. Para pemuda kala itu bahkan memilih menjaga jarak politik dari
Soekarno, yang sudah menjadi figur besar dan dianggap bisa memengaruhi arah gerakan mereka.
Soekarno dan Makna Sumpah Pemuda Setelah Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka, Soekarno tidak pernah menafikan arti penting Sumpah Pemuda. Melalui Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959, ia menetapkan 28 Oktober sebagai Hari Nasional yang bukan hari libur. Dalam pidato peringatan Sumpah Pemuda ke-35 di tahun 1963,
Soekarno menyebut peristiwa itu sebagai “titik awal revolusi nasional Indonesia.”
Bagi Soekarno, Sumpah Pemuda adalah refleksi dari tekad kolektif untuk melawan penjajahan dan membangun identitas nasional. Ia menanamkan nilai-nilai itu ke dalam kebijakan dan pidatonya, menjadikannya bagian dari fondasi ideologi bangsa yang dikenal sebagai nasionalisme Indonesia.
Warisan Semangat Bung Karno dalam Sumpah Pemuda
Walau tidak tercatat sebagai peserta Kongres Pemuda II, pengaruh Soekarno terhadap semangat yang lahir dari peristiwa itu tidak dapat disangkal. Ia memperluas makna
Sumpah Pemuda menjadi simbol persatuan, keberanian, dan cita-cita kemerdekaan. Melalui gagasan dan retorikanya, ia menghidupkan kembali semangat perjuangan pemuda di masa kemerdekaan dan sesudahnya.
Warisan Soekarno bukan hanya pada tindakan, tetapi pada visi kebangsaan yang membentuk karakter bangsa Indonesia hingga kini. Semangat “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa” tetap menjadi pengingat bahwa persatuan adalah kekuatan utama dalam menghadapi tantangan zaman.
Sobat MTVN Lens, Soekarno mungkin tidak hadir secara langsung dalam Kongres Pemuda II, namun pengaruh ide dan semangat nasionalismenya jelas terasa dalam denyut sejarah pergerakan saat itu. Ia menjadikan Sumpah Pemuda bukan sekadar peristiwa masa lalu, tetapi bagian dari jati diri bangsa Indonesia yang terus hidup hingga hari ini.
Jangan lupa saksikan
MTVN Lens lainnya hanya di Metrotvnews.com.