Jakarta: Program Sekolah Rakyat menarik perhatian publik karena pendekatan pendidikannya yang tidak biasa. Salah satu yang paling disorot adalah penerapan tiga kurikulum sekaligus yang akan dijalani siswa setiap harinya, mulai pagi hingga malam.
Program ini digarap lintas kementerian, termasuk Kementerian Sosial (Kemensos), Kementerian Pendidikan (melalui Kemendikdasmen dan Kemdiktisaintek), serta Kementerian Agama (Kemenag).
Sekolah Rakyat ini akan diresmikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dan diharapkan menjadi model pendidikan baru yang tak hanya mengedepankan aspek akademik, tapi juga fisik, moral, dan karakter.
Tiga Kurikulum
Berikut ini rincian tiga kurikulum utama yang akan diterapkan di Sekolah Rakyat:
1. Kurikulum Persiapan
Kurikulum ini dilaksanakan dua minggu sebelum masa pembelajaran formal dimulai. Fokus utamanya adalah meningkatkan kesiapan fisik dan mental siswa agar mampu mengikuti proses belajar secara optimal.
Materi yang diberikan antara lain:
- Latihan fisik
- Baris-berbaris
- Pelatihan kedisiplinan
- Kerapian dan etika dasar
Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, Mohammad Nuh, menyebut bahwa pendekatan ini dibuat agar siswa terbiasa dengan ritme belajar dan tidak mudah mengantuk atau kelelahan saat pelajaran berlangsung.
2. Kurikulum Sekolah Formal
Ini merupakan kurikulum yang sesuai dengan standar nasional pendidikan, mencakup:
- Intrakurikuler (pelajaran utama),
- Kokurikuler (penguatan pelajaran),
- Ekstrakurikuler (kegiatan di luar jam pelajaran).
Namun yang membuat kurikulum ini unik adalah implementasi penuh teknologi digital di setiap aspek. Dari proses pembelajaran, manajemen sekolah, hingga absensi siswa semuanya menggunakan sistem digital seperti face recognition dan fingerprint scanner.
“Anak-anak sekarang itu digital native. Jadi infrastruktur dan sistem belajar pun wajib digital-based,” jelas Nuh.
3. Kurikulum Asrama (Malam Hari)
Di malam hari, siswa tetap menjalani proses pembelajaran, tapi dengan fokus berbeda yaitu penguatan karakter.
Muatan kurikulum ini meliputi:
- Pendidikan kepemimpinan
- Nilai-nilai spiritual dan kebangsaan
- Etika komunikasi dan cinta tanah air
Yang menarik, kurikulum karakter ini tidak diajarkan oleh guru biasa, tetapi langsung ditangani oleh Kemenag. Setiap siswa, apapun agamanya, mendapat porsi pendidikan karakter secara setara.
“Guru pendidikan karakter tidak kami rekrut. Semua langsung dari Kemenag, agar pembinaan nilai-nilai spiritual berjalan menyeluruh,” ujar Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf (Gus Ipul).
Siapa yang Mengajar?
Untuk mendukung pelaksanaan tiga kurikulum ini, Kemensos bekerja sama dengan Kementerian PAN-RB dalam hal penyediaan tenaga pendidik. Total ada 1.554 guru yang telah disiapkan, terdiri dari:
- Aparatur Sipil Negara (ASN) yang telah didistribusikan
- Guru honorer lulusan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Menteri PAN-RB Rini Widyantini menegaskan bahwa rekrutmen dilakukan dengan mengoptimalkan sumber daya manusia yang sudah tersedia di pemerintah.
Pendidikan atau Beban Berlebih?
Dengan konsep belajar dari pagi hingga malam dan tiga kurikulum sekaligus, muncul perdebatan di masyarakat. Di satu sisi, banyak yang menilai ini sebagai terobosan positif untuk mencetak generasi unggul secara akademik dan karakter. Namun di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa beban belajar menjadi terlalu berat untuk anak-anak.
Namun, pihak penyelenggara memastikan bahwa desain pembelajaran telah disesuaikan dengan kebutuhan dan keseimbangan psikologis siswa. Penekanan pada “kontekstualisasi kurikulum” juga diyakini akan menjawab tantangan pendidikan saat ini, yakni tidak hanya mendidik anak menjadi pintar, tapi juga tangguh, disiplin, dan siap menghadapi realitas kehidupan.
Bagaimana menurut kamu? Apakah sistem tiga kurikulum ini akan mencetak generasi hebat? Atau justru jadi beban baru bagi peserta didik?
Jangan lupa tonton
MTVN Lens lainnya hanya di Metrotvnews.com.
(Zein Zahiratul Fauziyyah)