20 February 2024 16:06
Cirebon: Rasa depresi tidak hanya dirasakan oleh para calon legislatif (caleg) yang gagal menang dalam kontestasi pemilu. Tim sukses (timses) para caleg juga turut merasakan hal yang sama. Mungkin lebih berat.
Tak jarang mereka menjadi luapan kekesalan para caleg yang gagal menang. Performa mereka dikritik sangat tajam. Alasan apapun tidak diterima. Bahkan meminta pertanggungjawaban lebih.
Ibrohim, salah satunya. Dia menjadi sasaran amuk setelah caleg yang didukungnya gagal meraih banyak suara. Merasa menerima banyak tekanan, Ibrohim kabur karena tidak ingin melihat lagi mukanya.
"Saya sampai lari ke mana-mana," ujar Ibrohim, Selasa, 20 Februari 2024.
Sangking kesalnya, dia mengambil kembali amplop serangan fajar yang telah dibagikan ke setiap warga. Selain kesal karena hasilnya tidak sebanding dengan usahanya, Ibrohim juga merasa tidak mendapatkan bayaran yang pas.
Perasaan yang sama juga turut diraskaan Mursyid. Dia hanya melamun saat ditemui. Masih tidak habis pikir calonnya yang digadang-gadang bakal meraih suara tertinggi justru keok.
Yang membuatnya tidak habis pikir, calonnya itu kalah dalam dua kali pemilu. Mursyid mengaku telah berupaya maksimal.
Mulai dari sosialisasi, membagi sembako, dan uang kopi. Sayangnya, keberuntungan tidak memihak caleg yang didukungnya.
Untuk menghilangkan stres, keduanya memilih mendatangi Padepokan Al-Busthomi. Menurut Pemimpin Padepokan Al-Busthomi, Kang Ujang, sudah ada beberapa timses yang mendatanginya untuk menenangkan diri.
Dalam terapinya, Kang Ujang mengarahkan para timses lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta, mandi malam hari menjelang subuh, hingga mengajaknya salat dan mengaji. Dari sekian orang timses yang datang, belum ada yang termasuk dalam kategori depresi berat atau tinggi.