Bedah Editorial MI: Hadirkan Kecukupan Beras Segera

27 August 2025 07:48

Ada yang aneh, tapi ini nyata. Produksi dan stok beras dikatakan melimpah, namun harga terus naik, bahkan mulai mencekik konsumen, dan ada yang kesulitan mendapatkannya. Masyarakat dibuat bingung karena beras premium sulit ditemukan di toko-toko ritel modern. Kalaupun tersedia, beras kasta tertinggi tersebut dalam kemasan 5 kilogram yang biasanya bisa didapat dengan harga mulai Rp70-an ribu, kini rata-rata mesti dibeli lebih dari Rp100 ribu. 

Di beberapa daerah, kelangkaan pun merambah jenis beras medium. Di sisi lain, pasokan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang disebut menjangkau toko ritel modern juga seret. 

Angka-angka kinerja perberasan yang moncer tahun ini, terasa kontras dengan kenyataan di lapangan. Kita katakan kontras karena keberlimpahan beras tidak terasa oleh sebagian besar masyarakat.  

Sejak Maret, memasuki masa panen, data-data proyeksi produksi menunjukkan kenaikan cukup signifikan. Ketika itu, Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan produksi beras nasional Januari-April melonjak 25,99% menjadi 13,95 juta ton jika dibandingkan dengan periode yang sama 2024.

Realisasinya tidak banyak meleset, bahkan lebih besar ketimbang proyeksi. Lewat rilis data per Juni dan Agustus, BPS mencatat pada Januari-April produksi beras 14 juta ton, naik 26,54% ketimbang 2024. Produksi beras Januari-September tahun ini diproyeksikan naik 12,76% menjadi 28,2 juta ton. 
 

Baca juga: Satgas Pangan Ungkap Penyebab Stok Beras Premium Susah Dicari

Dalam pidato kenegaraan di Sidang Tahunan MPR RI, 15 Agustus lalu, Presiden Prabowo Subianto menyebutkan stok beras atau cadangan beras pemerintah di Perum Bulog tembus 4 juta ton, tertinggi sepanjang sejarah Republik ini.

Lalu, mengapa harga beras saat ini begitu mahal dan sebagian menjadi langka? Jika dirunut ke belakang, harga beras cenderung terus naik sudah sejak awal tahun ini. Menteri Pertanian Amran Sulaiman pada awal Juli kemudian mengendus kecurangan produksi beras komersial dan pengoplosan beras SPHP. Amran menyebut permainan itu merugikan negara lebih dari Rp100 triliun per tahun. 

Satgas Pangan Polri pun intens menggelar operasi penindakan terhadap para pengoplos. Sejumlah produsen besar dibidik, puluhan orang menjadi tersangka, termasuk Dirut Food Station, Karyawan Gunarso. 

Operasi penindakan membuat para produsen beras premium tiarap. Mereka memilih menarik produk-produk beras masing-masing dari pasaran. Di sisi lain, para produsen kecil menutup operasional karena tidak mampu bersaing dengan produsen besar dalam menyerap gabah petani. 

Upaya menurunkan harga beras bertumpu pada operasi pasar pemerintah lewat penggelontoran beras SPHP. Berkat operasi pasar, Amran menyebut harga beras sudah mulai turun dan itu akan berlanjut. Pemerintah bakal melepas total 1,3 juta ton beras hingga akhir tahun. 

Kita patut bersyukur jika itu benar-benar terjadi. Publik sepertinya masih harus bersabar menunggu data-data itu menjadi nyata di kehidupan mereka. Sabar karena kenyataan menunjukkan harga beras masih tinggi. Kelangkaan beras juga masih terjadi. Seperti ada kekuatan pengendali beras yang tidak bisa dilawan pemerintah.

Kendali pemerintah terletak pada penyaluran beras SPHP, yang dirasakan masih lambat. Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyebutkan realisasi distribusi beras SPHP hingga pekan ketiga Agustus sebanyak 239,5 ribu ton. Itu baru kurang dari seperlima yang disiapkan. 

Kita apreasiasi kerja luar biasa pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian, dalam mendongkrak produksi. Akan tetapi, kita juga mengingatkan bahwa capaian itu sia-sia belaka jika beras sulit dijangkau, baik dari sisi harga maupun ketersediaan. 

Publik memerlukan bukti keamanan stok yang ada di depan mata, di rak-rak toko ritel yang penuh tumpukan beras kemasan dengan harga wajar. Pemerintah cukup memenuhi indikator itu maka masyarakat akan tenang.   

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Silvana Febriari)