Kuliner tradisional Indonesia menawarkan keunikan yang tak terduga. Salah satu yang mencuri perhatian adalah Dawet Sambel, minuman ini berasal dari Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Jika dawet umumnya dikenal memiliki cita rasa manis, tidak dengan Dawet Sambel. Dawet ini memiliki perpaduan rasa yang tak biasa. Ada manis, pedas, dan asin.
Dawet Sambel ini diracik dan dilestarikan oleh Mbah Ponirah, warga Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo. Ilmu membuat dawet diperoleh Ponirah dari sang kakak ipar. Ponirah lantas mulai menggeluti usaha ini sekitar tahun 1970-an. Saat itu, usianya masih 19 tahun.
Minuman Dawet Sambel terbuat dari bahan baku tepung ganyong dan tepung aren. Tepung ganyong dihasilkan dari tanaman umbi ganyong yang banyak tumbuh di Perbukitan Menoreh.
Proses pembuatan Dawet Sambel diawali dengan mencampur dan melarutkan tepung ganyong dan tepung aren. Kemudian direbus hingga mengental.
Selama proses perebusan, adonan harus terus dibolak balik agar tidak gosong, Proses perebusan ini biasanya berlangsung hingga 20 menit. Sesudah mengental, adonan lalu dicetak hingga menghasilkan cendol dawet.
Sementara untuk sambalnya, dibuat dari kelapa yang digoreng, gula jawa, dan tentunya cabai. Tiga bahan ini diulek hingga menjadi lembut.
Cara menikmati Dawet Sambal ini, yaitu dengan mencampur aduk
cendol, sambal pedas, kuah manis, bawang goreng, toge dan tahu yang sudah di potong-potong kecil menjadi satu kesatuan dan langsung dimakan dalam satu suapan.
Dawet Sambel Nyi Ponirah ini dijual dengan harga Rp5 ribu/ porsinya. Selain dijual di rumahnya dan melayani pembeli setiap hari, dawet ini dijajakan Mbah Ponirah di Pasar Cublak, Desa Jatimulyo, setiap hari Rabu dan Sabtu.
Tak hanya unik dan melegenda, Dawet Sambel ini juga telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya tak Benda. Bagi Anda yang penasaran dengan rasanya, bisa dicoba saat berkunjung ke Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Streaming