Hari Terakhir Perdagangan Jelang Lebaran, Rupiah Sukses Tekuk Lutut Dolar AS

Ilustrasi. Foto: Metrotvnews.com/Husen.

Hari Terakhir Perdagangan Jelang Lebaran, Rupiah Sukses Tekuk Lutut Dolar AS

Husen Miftahudin • 27 March 2025 16:43

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami penguatan, meski tipis.

Diketahui, hari ini merupakan hari terakhir perdagangan pasar keuangan Indonesia, termasuk pasar mata uang. Pasar keuangan Indonesia akan libur Lebaran dari 28 Maret 2025 hingga 7 April 2025.

Mengutip data Bloomberg, Kamis, 27 Maret 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.562 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 26 poin atau setara 0,15 persen dari posisi Rp16.587 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 26 poin, sebelumnya sempat menguat 45 poin di level Rp16.562 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.587 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.

Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp16.555 per USD. Rupiah naik 19 poin atau setara 0,11 persen dari Rp16.574 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.566 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 22 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.588 per USD.
 

Baca juga: Meski Rupiah Jeblok, Airlangga Klaim Fundamental Ekonomi RI Tetap Kuat


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Kinerja pengumpulan pendapatan pajak RI terburuk di dunia


Bank Dunia melaporkan Indonesia menjadi salah satu negara dengan kinerja pengumpulan pendapatan pajak terburuk di dunia. Rasio pendapatan pajak Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) disebut termasuk yang terendah.

"Informasi ini (justru menjadi) sinyal bagus buat pemerintah untuk melakukan pembenahan di perpajakan secara berkala," tutur Ibrahim.

Dibandingkan sepuluh tahun sebelumnya, angka tax ratio Indonesia pada 2021 mengalami penurunan sekitar 2,1 poin persentase. Pandemi covid-19 disebut turut memperparah rasio pajak Indonesia terhadap PDB dengan penurunan tajam ke angka 8,3 persen pada 2020.

Salah satu akar masalah yang disoroti Bank Dunia adalah kinerja Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh) Badan yang kurang optimal. Pada 2021, kontribusi kedua instrumen tersebut hanya sebesar 66 persen dari total penerimaan pajak atau setara dengan 6,0 persen dari PDB.

Meski lebih produktif dibanding instrumen pajak lain, angka itu masih relatif rendah dibandingkan negara-negara tetangga. Menurut Bank Dunia, hal ini dapat disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, termasuk kepatuhan yang rendah, tarif pajak efektif yang relatif rendah, dan basis pajak yang sempit.

"Secara keseluruhan kondisi ini diperkirakan membuat Indonesia kehilangan potensi penerimaan pajak hingga Rp944 triliun selama periode 2016-2021. Potensi ini meliputi kehilangan akibat masalah ketidakpatuhan pada PPN maupun PPh Badan, serta kehilangan akibat kebijakan perpajakan yang dipilih pemerintah," tutur Ibrahim.

Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada pembukaan perdagangan kembali pada 7 April 2025 mendatang, akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan kembali mengalami pelemahan.

"Untuk perdagangan 7 April, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.550 per USD hingga Rp16.660 per USD," jelas Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)