Ilustrasi mata uang rupiah dan dolar AS. Foto: MI/Usman Iskandar.
Husen Miftahudin • 11 November 2025 09:52
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami pelemahan. Padahal mata uang Garuda tersebut sempat menguat cukup banyak kemarin.
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 11 November 2025, rupiah hingga pukul 09.44 WIB berada di level Rp16.702 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 48 poin atau setara 0,29 persen dari Rp16.654 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.661 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali menguat.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.600 per USD hingga Rp16.660 per USD," jelas Ibrahim.
Spekulasi Fed bakal pangkas suku bunga
Ibrahim mengungkapkan, kurs rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen spekulasi berkelanjutan yang sebagian besar mempertahankan spekulasi The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember, terutama setelah serangkaian data sektor swasta yang lemah di pasar tenaga kerja minggu lalu.
Data pekerjaan Challenger menunjukkan AS mengalami gelombang PHK terburuk dalam sekitar 20 tahun pada Oktober. Data tersebut meningkatkan spekulasi The Fed akan memangkas suku bunga untuk mencegah pelemahan pasar tenaga kerja lebih lanjut.
Para pedagang memperkirakan peluang sebesar 61,9 persen The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember, menurut CME Fedwatch.
Sentimen pasar juga terbantu oleh pemungutan suara Senat untuk melanjutkan RUU pendanaan yang diharapkan akan mengakhiri penutupan pemerintah AS terlama yang pernah ada. Senat telah memberikan suara 60-40 untuk mempertimbangkan RUU belanja tersebut, dan akan mengadakan pemungutan suara terakhir dalam beberapa hari mendatang.
"RUU ini menandai berakhirnya filibuster yang dilakukan Partai Demokrat di Senat, yang sebagian besar menjadi penyebab penutupan pemerintah yang masih berlangsung hingga saat ini. Berakhirnya penutupan pemerintah juga diperkirakan akan membuka pintu bagi rilis data ekonomi AS lainnya dalam beberapa hari mendatang," papar Ibrahim.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Keyakinan kondisi ekonomi Indonesia melonjak tajam
Di sisi lain, keyakinan masyarakat Indonesia terhadap kondisi
ekonomi nasional kembali melonjak tajam pada Oktober 2025. Hasil Survei Konsumen terbaru dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan adanya rebound optimisme, menempatkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada posisi 121,2.
Angka IKK ini jauh lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, September 2025, yang berada di level 115,0. Berada di atas 100, IKK mengindikasikan konsumen sangat yakin dan percaya diri melihat prospek perekonomian nasional.
Peningkatan optimisme ini didorong oleh membaiknya persepsi masyarakat terhadap kedua komponen utama pembentuk IKK. Pertama, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) mengalami kenaikan yang signifikan, dari 102,7 pada September menjadi 109,1 pada Oktober. Kenaikan ini mencerminkan persepsi masyarakat yang membaik terhadap kondisi riil seperti penghasilan yang diterima dan ketersediaan lapangan kerja saat ini.
Kedua, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) juga menunjukkan peningkatan kuat, melompat dari 127,2 menjadi 133,4. Kenaikan pada IEK menandakan bahwa harapan dan optimisme masyarakat terhadap prospek kondisi ekonomi untuk enam bulan ke depan meningkat drastis.
Secara keseluruhan, kuatnya
rebound IKK ini mengirimkan sinyal positif konsumsi rumah tangga, sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi, diprediksi akan semakin kuat dan menjadi pendorong aktivitas ekonomi yang berkelanjutan di kuartal IV-2025.