Suku Bunga Tinggi Tekan Perbankan AS

Bank Amerika Serikat. Foto: Unsplash.

Suku Bunga Tinggi Tekan Perbankan AS

Arif Wicaksono • 18 May 2024 18:10

Washington: Kekhawatiran akan terjadinya banyak masalah di sektor perbankan semakin meningkat karena para investor dan ekonom khawatir bahwa suku bunga yang tinggi akan menimbulkan masalah bagi perbankan daerah.

Dengan tingkat suku bunga tertinggi sejak tahun 2001, biaya pinjaman yang lebih tinggi telah memberikan tekanan pada neraca bank karena peminjam kesulitan membayar utangnya atau menghindari pinjaman.
 

baca juga:

Ekonomi AS Berhadapan dengan Beban Utang Tinggi


Menurut Kepala Ekonom Moody's Analytics, Mark Zandi, semakin tinggi suku bunga The Fed ekonomi AS akan semakin rusak.

 "Suku bunga tersebut bersifat korosif terhadap perekonomian. Suku bunga tersebut melemahkan perekonomian, dan pada titik tertentu, sesuatu bisa rusak," kata dia dikutip dari Business Insiders, Sabtu, 18 Mei 2024.

Dia merujuk pada serangkaian kegagalan bank yang mengguncang pasar pada awal 2023. 

"Hal itulah yang saya khawatirkan dalam konteks suku bunga yang terus tinggi.” tegas dia.

Suku bunga yang tinggi mulai berdampak pada kondisi kredit. Pinjaman dan sewa yang dibiayai bank mengalami stagnasi selama setahun terakhir, meningkat sebesar USD226 miliar pada 2023. Kecepatan tersebut sangat lambat dibandingkan tahun sebelumnya ketika bank memperoleh pinjaman sebesar USD1,19 triliun.

Pinjaman dari bank komersial yang terlambat membayar meningkat tajam selama kuartal keempat pada tahun lalu dengan tingkat tunggakan meningkat menjadi 1,4 persen. Para ekonom khawatir terhadap industri real estate komersial, dengan utang hampir satu triliun dolar AS yang akan jatuh tempo pada akhir tahun ini.

Pinjaman tersebut kemungkinan besar harus dibiayai kembali dengan suku bunga yang lebih tinggi, yang dapat memicu gelombang gagal bayar dan membebani neraca bank.

bank akan gagal bayar

Investor Real Estate Barry Sternlicht memperkirakan satu bank akan mengalami kegagalan dalam seminggu jika The Fed tidak segera menurunkan suku bunganya.

“Pinjaman real estate sebesar USD 1,9 triliun, itu rapuh saat ini,” kata Sternlicht.

AS hanya melihat satu bank gagal sepanjang tahun ini, menurut data FDIC.  Regulator mengambil alih Republic First Bank yang berbasis di Philadelphia pada April, sebelum menjual sebagian besar simpanan dan asetnya kepada pemberi pinjaman regional Fulton Bank.

 “Ada lusinan bank regional kecil di Amerika yang terekspos pada real estate, menghapuskan pinjaman, dan fenomena yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama berdampak langsung pada sektor perbankan lapis kedua di Amerika,” ujar CEO Stanhope Capital Daniel Pinto.

Dia mengatakan The Fed sangat menyadari usaha mempertahankan suku bunga yang tinggi akan menimbulkan krisis perbankan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)