439 Sekolah di Aceh Tamiang Rusak Akibat Banjir Bandang

Guru mengumpulkan buku dan alat belajar mengajar yang terkena lumpur bencana banjir di Aceh Tamiang, Sabtu, 20 Desember 2025. ANTARA/HO-Disdikbud Aceh Tamiang

439 Sekolah di Aceh Tamiang Rusak Akibat Banjir Bandang

Silvana Febiari • 20 December 2025 15:58

Aceh Tamiang: Sebanyak 439 bangunan sekolah di Kabupaten Aceh Tamiang rusak akibat banjir bandang yang melanda pada akhir November lalu. Kerusakan ratusan bangunan sekolah berbagai jenjang tersebut terdiri atas rusak ringan, sedang, dan berat.

"Berdasarkan data sementara yang kami himpun, total sekolah yang terdampak banjir mencapai 439 sekolah. Ratusan bangunan sekolah itu ada yang rusak ringan, sedang, maupun berat," kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Tamiang Sepriyanto, dikutip dari Antara, Sabtu, 20 Desember 2025. 

Sepriyanto merincikan bangunan sekolah yang rusak tersebut terdiri atas 73 unit rusak berat, 306 rusak sedang, dan 60 sekolah rusak ringan. Jenis kerusakan bervariasi, namun yang paling banyak ditemukan adalah ruang kelas terendam lumpur dan tertimbun tumpukan kayu gelondongan.
 


Selain itu, ada juga kerusakan plafon dan dinding rusak, lantai sekolah tergerus air, hingga fasilitas penunjang, seperti meja, kursi, buku pelajaran, serta peralatan laboratorium yang tidak bisa digunakan.

"Sejumlah sekolah juga mengalami kerusakan pada sarana sanitasi, jaringan listrik, dan pagar sekolah akibat derasnya arus banjir. Kondisi ini membuat sebagian sekolah belum dapat kembali melaksanakan proses belajar mengajar secara normal," jelas Sepriyanto.

Sementara itu, terdapat 58 sekolah yang tidak terdampak banjir. Sekolah-sekolah ini tetap melaksanakan proses belajar mengajar seperti biasa.


Sejumlah warga mulai mengevakuasi barang-barang setelah banjir setinggi 1 meter lebih merendam permukiman penduduk di kawasan perumahan Desa Bundar, Karang Baru, Aceh Tamiang, Rabu, 26 November 2025. ANTARA/Dede Harison

Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Tamiang itu menyebutkan banjir juga menyebabkan aktivitas pendidikan terhenti di beberapa wilayah terdampak. Banyak siswa belajar dari rumah atau diliburkan sementara, sebab keselamatan peserta didik dan tenaga pendidik menjadi prioritas.

"Untuk sekolah yang mengalami kerusakan cukup parah, kami belum mengizinkan kegiatan belajar mengajar tatap muka sampai kondisi benar-benar aman," ucapnya.

Saat ini, Sepriyanto membutuhkan dukungan berbagai pihak untuk membersihkan lumpur dan material banjir lainnya yang menimbun banyak bangunan sekolah. Untuk bangunan sekolah rusak, kata dia, diupayakan sekolah darurat, seperti belajar di tenda atau memakai bangunan lainnya agar proses belajar mengajar tetap berjalan.

Untuk sekolah yang rusak berat, rencananya dibangun sekolah darurat. Pihaknya tengah menggalang dukungan dari masyarakat, relawan, dan NGO agar pendidikan di Kabupaten Aceh Tamiang bisa segera berjalan kembali.

"Ada sebanyak 17 sekolah terdiri atas 10 sekolah dasar (SD) dan tujuh sekolah menengah pertama (SMP) membutuhkan tenda untuk sekolah darurat," pungkas Sepriyanto.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Silvana Febiari)