Rupiah Ditutup Menguat 0,06% di Rabu Sore

Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi.

Rupiah Ditutup Menguat 0,06% di Rabu Sore

Husen Miftahudin • 10 July 2024 16:04

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami penguatan.

Mengutip data Bloomberg, Rabu, 10 Juli 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.241 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 10 poin atau setara 0,06 persen dari posisi Rp16.251 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis besok akan kembali mengalami penguatan.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.190 per USD hingga Rp16.280 per USD," ujar Ibrahim, dikutip dari analisis hariannya.

Ia pun membeberkan penyebab menguatnya nilai tukar rupiah saat melawan dolar AS hari ini, diantaranya sentimen yang berasal dari eksternal maupun internal.
 

Target Fed soal inflasi AS di 2%


Komentar dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell memicu meningkatnya spekulasi mengenai kapan bank sentral akan mulai memangkas suku bunga, setelah adanya perlambatan di pasar tenaga kerja dan kemajuan dalam menurunkan inflasi.

"Namun Ketua Fed menegaskan kembali komitmen bank sentral terhadap target inflasi dua persen, dan tidak memberikan petunjuk langsung kapan The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya," papar Ibrahim.

Sementara sebagian besar pedagang mempertahankan taruhan mereka pada penurunan suku bunga di September, kesaksian Powell mendorong peningkatan kehati-hatian menjelang data inflasi indeks harga konsumen utama yang dirilis pada Kamis.

Angka tersebut diperkirakan menunjukkan inflasi semakin menurun di Juni, meskipun sedikit. Dolar menemukan kekuatan setelah kesaksian Powell. Ketua Fed juga akan memberikan kesaksian di depan DPR pada Rabu nanti.

Di Asia, data inflasi indeks harga produsen Jepang menunjukkan meskipun inflasi pabrik meningkat pada Juni, inflasi tersebut masih relatif lemah, sehingga menambah keraguan mengenai apakah Bank of Japan akan memiliki cukup dorongan untuk terus melakukan pengetatan kebijakan.

Inflasi CPI Tiongkok menyusut pada Juni, mencerminkan rendahnya kepercayaan konsumen untuk berbelanja. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai seberapa besar pemulihan ekonomi yang sebenarnya sedang berlangsung di negara ini.

"Namun inflasi PPI Tiongkok membaik, menyusut pada laju paling lambat sejak Februari 2023. Namun, disinflasi Tiongkok sebagian besar masih terjadi," terang Ibrahim.
 
Baca juga: Rupiah Melemah di Tengah Kehati-hatian Ketua The Fed

Kinerja penjualan eceran bakal meningkat


Bank Indonesia (BI) melaporkan pada Juni 2024 kinerja penjualan eceran diprakirakan meningkat, baik secara tahunan maupun secara bulanan. Hal tersebut tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Juni 2024 yang tercatat sebesar 232,8 atau secara tahunan tumbuh 4,4 persen year on year (yoy), meningkat dari 2,1 persen yoy pada April 2024.

Meningkatnya penjualan eceran didorong oleh Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya sebesar 0,8 persen yoy, Subkelompok Sandang 5,6 persen yoy, serta Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau 5,1 persen yoy.

Adapun Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi terkontraksi minus 5,9 persen yoy serta Peralatan Informasi dan Komunikasi negatif 4,3 persen yoy mencatatkan perbaikan meski masih berada pada fase kontraksi.

Secara bulanan, kinerja penjualan eceran pada Juni 2024 diprakirakan meningkat dengan pertumbuhan sebesar 2,1 persen month to month (mtm), setelah pada periode sebelumnya terkontraksi 3,5 persen mtm.

Beberapa kelompok tercatat meningkat dan kembali mengalami ekspansi terutama pada Subkelompok Sandang 2,8 persen mtm; Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi 7,1 persen mtm; serta Makanan, Minuman, dan Tembakau 2,7 persen mtm.

Pada kuartal II-2024 kinerja penjualan eceran diprakirakan tetap tumbuh. Indeks Penjualan Riil kuartal II-2024 diprakirakan tumbuh sebesar 1,3 persen yoy, meski tidak tidak setinggi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 5,6 persen yoy.

Sementara itu, responden memprakirakan penjualan meningkat pada Agustus dan November 2024. Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) Agustus dan November 2024 masing-masing tercatat sebesar 158,8 dan 146,1, lebih tinggi dari 137,2 dan 143,7 pada periode sebelumnya. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)