Ilustrasi rupiah. Foto: MI/Rommy.
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat ditutup merosot. Kuatnya data ekonomi AS bisa mempersepit peluang penurunan suku bunga The Fed pada November.
Pada akhir perdagangan Jumat, 1 November 2024 laju rupiah tergelincir 34 poin atau 0,22 persen menjadi Rp15.732 per USD dari sebelumnya sebesar Rp15.698 per USD.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, pertumbuhan penggajian swasta AS melonjak pada Oktober, mengatasi kekhawatiran gangguan sementara akibat badai dan pemogokan, menurut Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP.
Sementara itu, data terpisah menunjukkan ekonomi AS tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 2,8 persen pada kuartal ketiga, sedikit lebih rendah dari 3,0 persen yang diharapkan oleh para ekonom.
Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengatakan Indonesia adalah salah satu negara yang dapat memanfaatkan kebijakan Fed baik jangka pendek maupun jangka panjang.
“Pemotongan suku bunga Fed lebih lanjut akan menguntungkan Indonesia terutama melalui jalur komoditas, mengingat potensi kenaikan harga komoditas, terutama dengan berita tentang stimulus fiskal Tiongkok yang akan datang. Indonesia juga dapat memperoleh keuntungan dari arus masuk portofolio yang lebih tinggi (terutama untuk saham), meskipun dampaknya mungkin lebih terbatas mengingat permintaan baru di pasar saham Tiongkok,” katanya kepada CNBC.
Dari dalam negeri, menurut Ibrahim, gonjang-ganjing tentang pertumbuhan ekonomi era Prabowo-Gibran sebesar delapan persen, membuat polemik di pasar. Karena IMF sendiri hanya memasang target pertumbuhan ekonomi periode Prabowo-Gibran hanya di 5,2 persen.
"Apalagi saat ini tensi geopolitik begitu dominan serta melambatnya ekonomi Tiongkok," ungkap Ibrahim.
Namun pemerintah sendiri merasa optimis, dengan angka tersebut membuat Kabinet Merah Putih bekerja keras agar bisa mencapai target tersebut dan bukan hal yang mustahil untuk dicapai.
Pemerintah perlu menggali potensi ekonomi baru
Agar bisa mencapai pertumbuhan ekonomi di level delapan persen, jelas Ibrahim, Indonesia bisa belajar dari berbagai capaian dan situasi perkembangan perekonomian dunia yang hari ini belum kembali normal masih terdapat dampak dari long covid-19.
Pertumbuhan ekonomi dunia belum kembali seperti era sebelum covid-19, sekarang masih rata-rata di angka tiga persen.
"Untuk itu, pemerintah harus menggali potensi sumber ekonomi baru, seperti, adaptasi teknologi dan inovasi agar RI bisa lolos dari jebakan middle income trap. Dan bisa mencapai pendapatan di atas pendapatan menengah," kata Ibrahim.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan ditutup melemah.