Transaksi Bursa Karbon Tembus Rp36,7 Miliar

Ilustrasi. Foto: MI/Ramdani.

Transaksi Bursa Karbon Tembus Rp36,7 Miliar

Insi Nantika Jelita • 23 July 2024 13:47

Jakarta: Deputi III Bidang Pengembangan Usaha & BUMN Riset dan Inovasi Kemenko Perekonomian Elen Setiadi mengungkapkan nilai perdagangan di bursa karbon Indonesia (IDXCarbon) sejak peluncuran pada September 2023 hingga Juni 2024 mencapai Rp36,7 miliar.
 
Jumlah ini setara dengan 608 ribu ton ekuivalen karbon dioksida (CO2e). Sementara, transaksi di bursa karbon pada enam bulan pertama 2024 tercatat sebesar Rp5,9 miliar dengan puluhan perdagangan 114,5 ribu CO2e.
 
"Perdagangan karbon ini menjadi instrumen vital dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan mencapai target dekarbonisasi," ujar Elen pada webinar Perdagangan dan Bursa Karbon Indonesia, Selasa, 23 Juli 2024.
 
Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon sebesar 31,89 persen dengan upaya sendiri dan 43,20 persen dengan dukungan internasional. Elen menyebut upaya tersebut membutuhkan dukungan finansial yang sangat tidak sedikit.
 
Oleh karena itu, kata Elen, pemerintah telah menerbitkan beberapa regulasi di antaranya ialah Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca dalam Pembangunan Nasional.
 

Baca juga: Potensi Besar 'Carbon Trading' di Indonesia
 

Perubahan iklim akan mempengaruhi aktivitas masyarakat

 
Elen juga menegaskan perubahan iklim bukan sekadar isu, melainkan menjadi hal yang harus diantisipasi karena akan memengaruhi aktivitas masyarakat dunia ke depan.
 
Dalam laporan Global Risk 2024 dari World Economic Forum, ungkapnya, telah memberikan peringatan yang jelas lima dari sepuluh ekosistem terbesar yang dihadapi dunia dalam satu dekade mendatang terkait erat dengan perubahan iklim.
 
Berdasarkan riset Copernicus Climate Change Service memperkirakan kenaikan suhu bumi akan mencapai 1,5 derajat celsius pada 2033. "Oleh karenanya, ini harus menjadi perhatian kita bersama," tegas dia.
 
Lebih lanjut, Elen menambahkan pemerintah juga akan fokus pada penerapan ekonomi hijau. Dalam jangka panjang, implementasi ekonomi hijau diproyeksikan menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045.
 
Upaya ini, menurut Elen, diperkirakan dapat mengurangi emisi sebesar 86 juta ton CO2e dan menciptakan hingga 4,4 juta lapangan kerja baru.
 
"Kerja-kerja pemerintah ini akan mencapai hasil yang lebih baik jika mendapat dukungan dari sektor swasta, akademisi, masyarakat sipil dan lainnya," jelas dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)