Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat (Rerie). Foto: Istimewa.
Butuh Aksi Nyata untuk Atasi Ancaman Krisis Pembelajaran
Anggi Tondi Martaon • 27 December 2025 13:47
Jakarta: Seluruh pihak diminta berkomitmen dalam menjawab tantangan di sektor pendidikan pada 2026. Sebab, ada sejumlah permasalahan yang harus diselesaikan.
"Di tengah keterbatasan dana, kita dihadapkan pada kondisi kompetensi tenaga pengajar, kemampuan peserta didik, kensenjangan digital, isu kesejahteraan guru yang belum memadai yang menanti langkah segera untuk mengatasinya," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat (Rerie), melalui keterangan tertulis, Sabtu, 27 Desember 2025.
Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu mengungkapkan, berdasarkan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mengungkap nilai rerata siswa SMA sederajat di Tes Kemampuan Akademik 2025. Hasilnya, nilai rerata paling tinggi mata pelajaran wajib adalah Antropologi yakni sebesar 70,43 dan paling rendah adalah mata pelajaran Bahasa Inggris 24,93.
Selain itu, mata pelajaran yang nilainya rendah dalam TKA adalah matematika, yaitu 36,10. Adapun penilaian ini dilakukan dengan skala maksimum 100,00.
Sedangkan di perdesaan kepemilikan komputer atau laptop untuk belajar baru 28 persen.
Di sisi lain, kualitas keterampilan guru untuk menjalankan pembelajaran, baik luring maupun jarak jauh, juga belum memadai.
.jpg)
Ilustrasi pendidikan. Foto: Medcom.id.
Rerie menyampaikan, upaya pemulihan sektor pendidikan dan percepatan peningkatan kualitas pembelajaran harus dikedepankan dengan fokus pada penguatan literasi, numerasi, dan karakter peserta didik.
Dukungan penuh bagi sekolah, ujar Rerie, sangat dibutuhkan untuk merealisasikan sejumlah langkah tersebut.
Anggota Komisi X DPR itu menilai, upaya meningkatkan kompetensi tenaga pengajar, harus menjadi prioritas. Hal itu bisa dilakukan melalui berbagai pelatihan yang praktis, kontekstual, dan berbasis kebutuhan di kelas.
Rerie berpendapat, semua langkah tersebut butuh dukungan semua pihak terkait untuk menyelamatkan kondisi pendidikan nasional dari krisis pembelajaran yang dihadapi. Sebab, bakal berimbas pada kualitas sumber daya manusia Indonesia dan daya saing bangsa di masa depan.