Ilustrasi rupiah. Metrototvnews.com/Eko Nordiansyah
Eko Nordiansyah • 11 September 2025 16:07
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan sore, Kamis, 11 September 2025 menguat. Mata uang Garuda ini hanya mampu menguat tipis atas dolar AS sejak pembukaan perdagangan pagi tadi.
Mengacu data Bloomberg, rupiah berhasil menguat delapan poin atau setara 0,05 persen hingga ke posisi Rp16.461,5 per USD. Rupiah sebelumnya ditutup pada level Rp16.469,5 per USD.
Sementara, berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah masih melemah tiga poin atau setara 0,02 persen menjadi Rp16.458 per USD dibandingkan sebelumnya Rp16.455 per USD.
Sedangkan berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (disingkat Jisdor), mata uang Garuda ini terpantau berada di posisi Rp16.468 per USD. Rupiah melemah dibandingkan hari sebelumnya di posisi Rp16.457 per USD.
(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
Rupiah sudah diprediksi menguat
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan menguat. Ibrahim meyakini, komitmen pemerintah menjaga rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di kisaran 39 persen bakal menjadi sentimen positif bagi pergerakan nilai tukar rupiah hari ini.
“Namun pemerintah bukan mengejar naik atau turunnya rasio utang, melainkan mengejar pertumbuhan ekonomi untuk tumbuh lebih cepat dan PDB bertambah besar, maka dengan sendirinya rasio utang akan turun,” jelas Ibrahim.
Terkait dukungan dari sisi moneter, Ibrahim menilai perlu ada sinergi kebijakan fiskal dan moneter agar tidak menekan sistem perbankan. Arah kebijakan ini diharapkan dapat memperkuat daya tahan perekonomian sekaligus menciptakan ruang fiskal yang lebih sehat dalam jangka menengah, agar tetap menjaga defisit APBN di rentang maksimal tiga persen.
“Untuk meningkatkan batas defisit APBN dari tiga persen, pemerintah akan melihat perkembangan ekonomi ke depan terlebih dahulu, apalagi sudah jelas di dalam Undang-undang ditetapkan batas maksimal defisit anggaran ada di tiga persen,” papar dia.
Selain itu, pemerintah tengah menyiapkan stimulus tambahan untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Masalah utama terletak pada pelaksanaan program pemerintah yang masih berjalan lambat.
“Percepatan realisasi belanja dan program prioritas diharapkan mampu memberikan dorongan signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional dalam waktu dekat,” tutur Ibrahim.