Wall Street Anjlok Dua Hari Berturut-turut, Dampak Tarif Trump Masih Terasa!

Ilustrasi Wall Street. Foto: iStock

Wall Street Anjlok Dua Hari Berturut-turut, Dampak Tarif Trump Masih Terasa!

Husen Miftahudin • 5 April 2025 08:48

New York: Saham-saham Amerika Seriakt (AS) di Wall Street anjlok untuk hari kedua secara berturut-turut pada perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu pagi WIB), mengonfirmasi Nasdaq berada dalam pasar yang lemah dan Dow Jones yang mengalami koreksi, gegara meningkatnya perang perdagangan global memicu kerugian terbesar sejak pandemi.

Mengutip Xinhua, Sabtu, 5 April 2025, indeks Dow Jones Industrial Average turun 2.231,07 poin, atau 5,50 persen, menjadi 38.314,86. Indeks S&P 500 turun 322,44 poin, atau 5,97 persen, menjadi 5.074,08. Indeks Nasdaq Composite turun 962,82 poin, atau 5,82 persen, menjadi 15.587,79.

Sebanyak 11 sektor utama S&P 500 (semua sektor) berakhir di zona merah, dengan sektor energi dan keuangan memimpin penurunan dengan masing-masing turun 8,70 persen dan 7,39 persen. Sektor real estat mencatat penurunan terlemah, turun 2,51 persen.

Adapun, jumlah saham yang diperdagangkan pada perdagangan Jumat memecahkan rekor, dengan volume di bursa saham AS sekitar 26,79 miliar saham, melampaui rekor tertinggi sebelumnya sebesar 24,48 miliar saham yang diperdagangkan pada 27 Januari 2021.

Selama seminggu, S&P 500 turun 9,1 persen, Dow turun 7,9 persen, dan Nasdaq merosot hingga 10 persen.
 

Baca juga: Indonesia Disebut Mampu Hadapi Tarif Resiprokal Trump
 

Picu kekhawatiran resesi ekonomi global


Dampak dari tarif besar-besaran Trump memicu kekhawatiran akan resesi global, yang mengakibatkan hilangnya triliunan dolar dari perusahaan-perusahaan AS. Menyoroti kepanikan yang berkembang di kalangan investor, Indeks Volatilitas CBOE (VIX), pengukur ketakutan Wall Street, ditutup pada level tertinggi sejak April 2020.

Sejak Rabu malam, ketika Trump meningkatkan hambatan tarif ke level tertinggi dalam lebih dari satu abad, para investor telah membuang saham, karena takut terhadap realitas ekonomi AS yang baru dan juga bagaimana mitra dagang AS mungkin membalas dengan memperketat hambatan perdagangan mereka sendiri.

Pemerintahan global mulai bereaksi terhadap pengumuman tarif Trump, yang semakin melemahkan sentimen investor dimana resesi global tak dapat dihindari. JP Morgan mengatakan pihaknya memperkirakan peluang sebesar 60 persen ekonomi global memasuki resesi pada akhir tahun, naik dari 40 persen sebelumnya.

Kementerian Keuangan Tiongkok mengatakan akan mengenakan tarif tambahan sebesar 34 persen pada semua barang AS mulai 10 April. Sementara itu, Perdana Menteri Inggris, Australia, dan Italia mengadakan pembicaraan tentang cara menanggapi serangan tarif Trump.


(Ilustrasi Wall Street. Foto: iStock)
 

Picu lonjakan inflasi


Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyoroti tarif tinggi Trump dapat memicu inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang lebih lambat, sehingga menjadi pemicu keputusan yang menantang bagi para bankir sentral AS.

Pembelian aset-aset safe haven di pasar obligasi menyebabkan imbal hasil obligasi acuan Treasury 10 tahun menjadi di bawah empat persen.

Hal ini mendorong saham bank AS turun lebih jauh, dengan sektor tersebut berada di bawah tekanan secara global, karena prospek pemotongan suku bunga dari bank sentral dan dampak tarif terhadap pertumbuhan ekonomi akan menghambat profitabilitas.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)