Ilustrasi rupiah. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.
Husen Miftahudin • 4 December 2023 16:23
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini mengalami penguatan, meskipun otot penguatannya lebih kecil dibandingkan saat pembukaan pagi.
Mengutip data Bloomberg, Senin, 4 Desember 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.463 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 22 poin atau setara 0,14 persen dari posisi Rp15.485 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 22 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 40 poin di level Rp15.463 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.485 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp15.450 per USD. Rupiah menguat sebanyak 29 poin atau setara 0,18 persen dari Rp15.479 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.446 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik sebanyak 78 poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp15.524 per USD.
Baca juga: Rupiah Senin Pagi Menguat ke Rp15.435/USD
Fed diperkirakan bakal pangkas suku bunga
Ibrahim mengungkapkan, dolar Amerika Serikat (AS) mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir di tengah taruhan penurunan suku bunga Fed. Proyeksi tersebut membuat indeks dolar dan indeks dolar berjangka naik sedikit, namun tetap berada dalam jangkauan posisi terendah yang terakhir terlihat pada awal Agustus.
Ketua Fed Jerome Powell menyampaikan nada yang tampaknya kurang
hawkish dalam dua pidatonya, dengan pasar bertaruh bahwa komentarnya tentang menjaga keseimbangan antara kebijakan moneter yang ketat dan
soft economic landing menandai berakhirnya siklus kenaikan suku bunga The Fed secara pasti.
Meskipun Powell masih memperingatkan
suku bunga akan tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, para pedagang meningkatkan ekspektasi mereka terhadap kebijakan The Fed yang tidak terlalu hawkish dalam beberapa bulan mendatang.
Pasar memperhitungkan kemungkinan lebih dari 90 persen dengan The Fed akan mempertahankan suku bunganya ketika bertemu nanti pada Desember 2023, dan lebih dari 60 persen kemungkinan bank sentral AS tersebut akan mulai memangkas suku bunga pada Maret 2024.
Namun perkiraan ini sebagian besar bergantung pada inflasi dan pasar tenaga kerja, dengan data
nonfarm payrolls yang dirilis pada Jumat akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai hal tersebut.
"Namun, prospek kebijakan The Fed yang tidak terlalu hawkish mendorong penguatan mata uang Asia hingga November, sementara dolar anjlok," terang Ibrahim.