Rupiah Ditutup Tergelincir ke Level Rp16.187/USD

Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi.

Rupiah Ditutup Tergelincir ke Level Rp16.187/USD

Husen Miftahudin • 25 April 2024 16:55

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan pascapenguatan sejak awal pekan.
 
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 25 April 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.187 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 32 poin atau setara 0,20 persen dari posisi Rp16.155 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan besok akan kembali mengalami penguatan.
 
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.150 per USD hingga Rp16.220 per USD," ujar Ibrahim.
 
Ia pun membeberkan penyebab tergelincirnya rupiah saat melawan dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, diantaranya sentimen yang berasal dari eksternal maupun internal.
 

Ekspektasi penurunan suku bunga Fed

 
Greenback tetap mendekati level tertinggi lima bulan yang dicapai minggu lalu, karena para pedagang terus mengabaikan ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal oleh Federal Reserve.
 
Data ekonomi yang dirilis minggu ini ditetapkan untuk memberikan lebih banyak isyarat mengenai jalur suku bunga. Data produk domestik bruto AS kuartal pertama yang akan dirilis pada Kamis diperkirakan akan menunjukkan apakah ekonomi terbesar di dunia ini tetap tangguh pada awal 2024.
 
"Yang lebih diawasi adalah data indeks harga PCE ukuran inflasi pilihan The Fed yang akan dirilis pada Jumat. Data indeks harga PCE yang merupakan ukuran inflasi pilihan Federal Reserve kemungkinan akan memiliki dampak yang lebih besar, mengingat data tersebut terkait langsung dengan prospek bank sentral mengenai suku bunga," tutur Ibrahim.
 
Selain itu, pertemuan BOJ mendatang menjadi fokus utama. Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada Jumat, menyusul kenaikan suku bunga bersejarah pada Maret.
 
Namun pelemahan yen baru-baru ini, ditambah dengan ekspektasi upah dan inflasi yang lebih tinggi membuat para pedagang waspada terhadap sinyal hawkish dari BOJ.
 
"BOJ berpotensi menaikkan prospek inflasi dan mengulangi rencana untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini," ungkap dia.
 
Baca juga: Kurs Rupiah Ambruk, Mendag: Jangan Khawatir!
 

Arah kebijakan moneter

 
Di sisi lain, perubahan arah kebijakan moneter AS serta memburuknya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa membuat dinamika ekonomi keuangan global berubah cepat dengan risiko dan ketidakpastian yang meningkat.
 
Tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi AS mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih kecil dan lebih lama dari prakiraan (high for longer), sejalan pula dengan pernyataan para pejabat Federal Reserve System.
 
"Akibatnya, investor global memindahkan portfolionya ke aset yang lebih aman khususnya mata uang dolar AS dan emas, sehingga menyebabkan pelarian modal keluar dan pelemahan nilai tukar di negara berkembang semakin besar," jelas Ibrahim.
 
Kondisi ini, jelas dia, memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global tersebut terhadap perekonomian di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia.
 
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) April 2024 memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 bps atau menjadi 6,25 persen. Adapun, suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga naik 25 bps, masing-masing menjadi sebesar 5,5 persen dan 7,00 persen. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)