Hasil Autopsi Sebut Tenaga Medis Gaza Ditembak dengan 'Niat Membunuh'

Jenazah petugas medis Gaza yang ditembak IDF. (Hani Alshaer/Anadolu Agency)

Hasil Autopsi Sebut Tenaga Medis Gaza Ditembak dengan 'Niat Membunuh'

Riza Aslam Khaeron • 8 April 2025 17:44

Gaza: Organisasi Palang Merah Palestina (Palestinian Red Crescent Society) pada Senin, 7 April 2025 menyampaikan bahwa hasil autopsi terhadap 15 petugas medis dan penyelamat yang tewas ditembak oleh pasukan Israel menunjukkan bahwa mereka ditembak di bagian tubuh atas dengan "niat untuk membunuh".

Pernyataan ini disampaikan oleh Presiden Palang Merah Younis Al-Khatib dalam konferensi pers di Ramallah.

Mengutip Times of Israel (ToI) pada Selasa, 8 April 2025, Al-Khatib mengatakan, "Telah dilakukan autopsi terhadap para syuhada dari tim Palang Merah dan tim pertahanan sipil. Kami tidak dapat mengungkapkan semua yang kami ketahui, tetapi saya akan mengatakan bahwa semua syuhada ditembak di bagian atas tubuh mereka, dengan niat untuk membunuh."

Insiden penembakan ini terjadi pada Sabtu, 23 Maret 2025 di lingkungan Tel Sultan, Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, ketika pasukan Israel menembaki konvoi kendaraan yang dianggap mencurigakan.

Total korban tewas terdiri dari delapan anggota Palang Merah, enam petugas dari pertahanan sipil yang dikaitkan dengan Hamas, dan satu staf UNRWA, menurut data dari OCHA dan tim penyelamat Palestina.

Palang Merah menuduh pasukan Israel mencoba menutup-nutupi insiden dengan menguburkan jenazah dalam kuburan massal tanpa penghormatan yang layak.

"Mengapa kalian menyembunyikan jenazahnya?" tanya Khatib terkait tindakan pasukan Israel. Ia juga menyerukan pembentukan "komisi penyelidikan internasional yang independen dan imparsial untuk mengungkap keadaan pembunuhan yang disengaja ini."
 

Baca Juga:
UNRWA Sebut Fasilitas Kesehatan di Gaza Terus Jadi Target Serangan Israel

Sementara itu, militer Israel (IDF) mengklaim bahwa enam dari korban yang tewas telah diidentifikasi sebagai anggota Hamas, namun belum mengumumkan nama-namanya secara resmi. IDF juga menegaskan bahwa mereka telah memberi tahu PBB tentang lokasi pemakaman dan membantah adanya upaya penutupan.

Dalam laporan awalnya, militer menyebutkan bahwa ambulans-ambulans yang diserang tidak menyalakan lampu darurat dan bergerak tanpa koordinasi. Namun, klaim ini terpatahkan setelah The New York Times merilis video dari ponsel salah satu korban, Rifaat Radwan, yang menunjukkan bahwa ambulans tersebut jelas bertanda dan menyalakan lampu darurat ketika ditembak.

Dalam rekaman tersebut, Radwan terdengar berkata, "Kami menelepon ponsel mereka dan tidak ada yang menjawab. Ezzedine biasanya menjawab, begitu pula Mustafa dan Munther." Kemudian, suara tembakan terdengar saat para medis keluar dari kendaraan mereka.

Radwan terdengar mengucapkan syahadat sebelum video menjadi gelap. Lima menit kemudian, suara tembakan masih terdengar, dan Radwan mengatakan, "Tentara Israel datang, tentara Israel datang," sebelum rekaman terputus.

Times of Israel menyebut bahwa tentara Israel menguburkan jenazah para korban di satu tempat, menutupinya dengan pasir, dan menandai lokasi tersebut. Namun, Palang Merah mengecam tindakan itu sebagai penguburan "secara brutal dan merendahkan martabat manusia".

Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah menyatakan bahwa peristiwa ini adalah serangan paling mematikan terhadap pekerja mereka sejak tahun 2017.

Data dari PBB menyebutkan bahwa setidaknya 1.060 tenaga kesehatan telah tewas dalam 18 bulan sejak ofensif Israel di Gaza dimulai pada Oktober 2023, sebagai respons atas serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya. Lebih dari 50 ribu warga Gaza dikonfirmasi tewas oleh Kementerian Kesehatan Gaza sejak perang berlangsung.

Insiden penembakan ini terjadi lima hari setelah Israel kembali melancarkan pemboman intensif di Gaza pada 18 Maret, mengakhiri gencatan senjata hampir dua bulan. Militer Israel menekankan bahwa penyelidikan insiden ini masih berlangsung dan akan dilanjutkan oleh badan investigasi militer independen untuk mengungkap kebenaran.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Wanda)