Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Narkoba (Granat) Henry Yosodiningrat. Metro TV/Siti Yona
Siti Yona Hukmana • 29 October 2025 19:39
Jakarta: Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri bersama Direktorat Reserse Narkoba Polda jajaran mengungkap puluhan ribu kasus narkoba dan menyita total 218,84 ton barang bukti sepanjang Oktober 2024-Oktober 2025. Sebanyak 2,1 ton bagian dari ratusan ton narkoba itu dimusnahkan.
Pemusnahan dipimpin langsung Presiden Prabowo Subianto dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Lapangan Bhayangkara Mabes, Polri Jakarta. Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Narkoba (Granat) Henry Yosodiningrat mengapresiasi upaya Polri mengungkap peredaran gelap narkotika ini.
"Pertama, saya mengapresiasi keberhasilan di dalam mengungkap dan sampai pada pemusnahannya. Dan kenapa saya sampaikan demikian, karena saya tahu persis bahwa tingkat kesulitan untuk bisa membongkar sindikat narkoba itu sangat tinggi," kata Henry kepada Metro TV, Rabu, 29 Oktober 2025.
Henry menyebut pengungkapan kasus ini bukan temuan, melainkan hasil dari kerja keras penyidik di Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri maupun Direktorat Reserse Narkoba Polda jajaran. Polri berhadapan dengan sindikat narkoba yang bekerja secara sistematis, konsepsional, dan dengan modus operandi yang berubah-ubah, serta tingkat militansi yang tinggi dengan biaya yang tidak terbatas.
"Nah, kita ini semuanya sebaliknya gitu ya, nah oleh karena itu saya memberikan apresiasi yang tinggi, itu satu," ujar Henry.
Ke depan, Henry berharap aparat dapat mencegah masuknya narkoba. Menurut dia, ada sejuta pintu masuknya narkoba di Indonesia. Salah satunya lewat pelabuhan konvensional yang kerap kali kecolongan. Dia ingin pencegahan peredaran narkoba dapat dilakukan dari negara asal.
"Apakah kita taruh misalnya perwakilan BNN ya, atau di konsulat kita di setiap wilayah di luar negeri gitu," ujar Henry.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo (kiri) mendampingi Presiden Prabowo Subianto jelang pemusnahan narkoba di Lapangan Bhayangkara, Jakarta Selatan, Rabu, 29 Oktober 2025. Foto: Dok/Istimewa
Henry mengakui upaya Polri mengungkap narkoba ini merupakan wujud dari komitmen menjalankan Asta Cita ke-7 Presiden Prabowo Subianto. Yakni, memperkuat reformasi politik, hukum, dan birokrasi dan memperkuat penegakan dan pemberantasan korupsi dan narkoba.
Namun, Henry menyebut pemberantasan narkoba harus melibatkan semua pihak. Kemudian, karena menyangkut politik dan hukum, harus mengetahui apa yang mau diterapkan dan hilangkan, yakni memperkecil atau menutup sekecil apa pun peluang untuk korupsi dan sebagainya.
"Kemudian harus mempunyai komitmen ya, tentang penyitaan aset, tentang pemiskinan dan sebagainya-sebagainya ya. Artinya, kembali kepada moral kita semua, khususnya teman-teman di DPR, supaya mempunyai komitmen," ungkap Henry.
Dia meminta anggota dewan tidak hanya melihat ke depan selama lima tahun menjadi wakil rakyat. Tetapi, melihat nasib bangsa ke depan ketika sudah tidak menjabat.
"Suatu saat saya ini akan meninggalkan dunia ini, saya akan mempunyai kewajiban yang masih terutang terhadap anak bangsa," ujar Henry.
Pemusnahan 2,1 Ton Narkoba
Presiden Prabowo Subianto bersama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memusnahkan 2,1 ton narkoba, bagian dari 214,84 ton yang disita sepanjang Oktober 2024-Oktober 2025 di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta. Sebanyak 214,84 ton narkoba itu senilai Rp29,37 triliun.
Barang haram itu berbagai jenis, yakni 186,7 ton ganja; 9,2 ton sabu; 1,9 ton tembakau gorila; 2,1 juta butir ekstasi; 13,1 juta butir obat keras; 27,9kg ketamin; 34,5 kg kokain; 6,8 kg heroin; 5,5 kg TAC; 18 liter etomidate; 132,9 kg hasish; 1,4 juta butir happy five; dan 39,7 kg happy water.
Barang haram itu disita Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri beserta Direktorat Reserse Narkoba Polda jajaran dari pengungkapan 49.306 kasus. Sebanyak 65.572 tersangka ditangkap dan melaksanakan 1.898 program rehabilitasi terhadap korban penyalahguna narkoba melalui restorative justice.