Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928. (Istimewa)
Riza Aslam Khaeron • 15 October 2025 15:23
Jakarta: Setiap 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda sebagai momentum persatuan nasional. Kongres Pemuda II tahun 1928 di Batavia menjadi saksi lahirnya ikrar monumental: satu Tanah Air, satu bangsa, dan satu bahasa. Namun, di balik sejarah besar tersebut, kontribusi pemuda Tionghoa kerap terlupakan.
Padahal, mereka tidak hanya hadir sebagai peserta, tetapi menjadi penyedia tempat, penyebar semangat persatuan, dan pelopor media penyiaran gagasan kebangsaan.
Berikut tokoh-tokoh penting etnis Tionghoa dalam peristiwa sumpah pemuda.
Tokoh-Tokoh Tionghoa
- Sie Kong Lian: Juga dikenal dengan ejaan Sie Kok Liong atau Sie Kong Liong adalah pemilik rumah indekos di Kramat Raya No.106 yang menjadi lokasi sidang penutupan Kongres Pemuda II. Tempat ini kelak dikenal sebagai Museum Sumpah Pemuda.
- Kwee Thiam Hong (Daud Budiman): Anggota Jong Sumatranen Bond yang hadir sebagai peserta Kongres Pemuda II.
- Liauw Tjoan Hok: Rekan Kwee Thiam Hong yang ikut hadir sebagai peserta Kongres.
- Oey (Oei) Kay Siang: Salah satu dari empat pemuda Tionghoa yang hadir pada Kongres Pemuda II sebagai peninjau.
- Tjio Djin Kwie: Pemuda Tionghoa yang turut hadir di Kongres, juga dikenal sebagai bagian dari rombongan Kwee Thiam Hong.
- Johan Mohammad Tjai (Cai): Peranakan Tionghoa yang menjabat sebagai Pembantu I dalam panitia Kongres Pemuda II.
- Kwee Kek Beng: Pemimpin redaksi surat kabar Sin Po yang pertama kali mempublikasikan teks dan lirik Indonesia Raya pada 10 November 1928.
- Ang Jan Goan: Penerbit yang berperan menyebarluaskan teks Indonesia Raya ke masyarakat luas melalui jaringan percetakannya.
- Tio Tek Hong: Pelopor industri rekaman yang dikenal sebagai orang pertama yang merekam Indonesia Raya dalam format piringan hitam pada 1929.
- Yo Kim Tjan: Tokoh lain yang disebut sebagai orang pertama yang memproduksi rekaman fisik Indonesia Raya.
Peran komunitas Tionghoa dalam
Sumpah Pemuda membuktikan bahwa semangat kebangsaan Indonesia lahir dari kerja kolektif lintas etnis dan budaya.
Dari penyedia tempat hingga penyebar lagu kebangsaan, kontribusi mereka menjadi bagian tak terpisahkan dari proses lahirnya persatuan nasional. Dengan mengenang tokoh-tokoh ini, kita memperluas makna
Sumpah Pemuda sebagai simbol inklusifitas perjuangan menuju Indonesia merdeka.