NEWSTICKER

Tag Result: tionghoa

Ritual Pesamuan 1.000 Rupang

Ritual Pesamuan 1.000 Rupang

Nasional • 7 days ago

Kelenteng Tay Kak Sie Semarang baru-baru ini melaksanakan ritual pesamuan 1.000 rupang dari berbagai kelenteng yang ada di Pulau Jawa.

Kelenteng Tay Kak Sie Semarang berhasil mencetak rekor MURI sebagai pemrakarsa dan penyelenggara pesamuan dengan jumlah rupang terbanyak, yakni 1.036 rupang. 

Wali Kota Semarang Hevearita G. Rahayu turut memberi apresiasi atas pencapaian yang diraih Kelenteng Tay Kak Sie. Menurutnya, Kelenteng Tay Kak Sie memiliki andil besar dalam sejarah Kota Semarang.

Setapak Keberagaman di Pulo Geulis Bogor

Setapak Keberagaman di Pulo Geulis Bogor

Nasional • 14 days ago

Pulo Geulis di Kota Bogor, Jawa Barat, dipercaya sebagai daerah sisa-sisa Kerajaan Sunda Pajajaran. Mayoritas penduduk daerah ini berasal dari suku Sunda dan Tionghoa. 

Vihara Maha Brahma atau Kelenteng Phan Ko yang dibangun pada abad ke-17, merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah yang masih berdiri kokoh di Pulo Geulis, sekaligus sebagai saksi dari kerukunan beragama masyarakat setempat.

Dalam rangka memperingati Hari Toleransi, fotografer Lazyra Amadea menggelar peluncuran buku dan pameran foto berjudul "Pulo Geulis Setapak Keberagaman" di Gedung HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta dari tanggal 15-17 November 2023, yang menampilkan tentang keseharian warga mulai dari kegiatan peribadatan, tradisi, kebudayaan, interaksi masyarakat, hingga perkawinan campur, yang mencerminkan toleransi multikultural yang bisa diteladani oleh daerah-daerah lain.

Reuni Kebangsaan Tionghoa Nusantara Rayakan Keberagaman Budaya Indonesia

Reuni Kebangsaan Tionghoa Nusantara Rayakan Keberagaman Budaya Indonesia

Nasional • 24 days ago

Pada 9 November 2023, sebuah stasiun TV tanah air & komunitas Tionghoa di Indonesia berkolaborasi menggelar acara Reuni Kebangsaan Tionghoa Nusantara yang bertujuan untuk merayakan keberagaman budaya Indonesia, sambil mengedepankan pesan toleransi dan persatuan

Acara Reuni Kebangsaan Tionghoa Nusantara ini merupakan kolaborasi antara sebuah stasiun TV swasta tanah air bersama sejumlah komunitas Tionghoa, yaitu INTI, PSMTI, PTK Indonesia dan Perhimpunan  Jin Jiang, yang bertujuan untuk merayakan keberagaman budaya Indonesia, sekaligus menyampaikan pesan tentang pentingnya toleransi dan persatuan di Indonesia.

Acara ini diisi dengan peluncuran program dokumenter "Jelajah Budaya Tionghoa Nusantara" (JBTN) musim ke-2 yang diproduksi oleh sebuah stasiun TV swasta. Program dokumenter tersebut terdiri dari 15 episode, yang mendokumentasikan jejak akulturasi budaya Tionghoa nusantara di berbagai daerah di Indonesia.

Program dokumenter JBTN menceritakan tentang akulturasi budaya di Singkawang dan Monterado di Kalimantan Barat; Tegal, Demak, Kudus, Jepara di Jawa Tengah; Bangka di Kepulauan Bangka Belitung, Bali, Kupang dan Belu di Nusa Tenggara Timur, serta Yogyakarta dan Makassar.

Dalam acara peluncuran, Edy Wiranto selaku direktur TV swasta yang memproduksi program JBTN mengatakan, keberagaman adalah harta yang sangat berharga bagi bangsa ini, dan program dokumenter ini ingin menyampaikan pesan tentang saling menghormati perbedaan, demi menciptakan masyarakat yang harmonis.

Kegiatan hari itu juga diselingi dengan sesi diskusi budaya dengan tema ''Keberagaman dalam Keberagaman – Jejak Panjang Tionghoa di Nusantara'' oleh tokoh sejarawan dan peneliti Indonesia Didi Kwartanada, tokoh Tionghoa Indonesia yang berkiprah di dunia militer Mayjen TNI (Purn) Dr.dr. Ben Yura Rimba, MARS, Pendiri Museum Peranakan Tionghoa Ismi Azis, serta penulis dan peneliti Novi Basuki.

Para peserta yang hadir mengapresiasi acara dan peluncuran program dokumenter "JBTN”  serta berharap acara serupa bisa diselenggarakan secara berkala.

Mengenal Pekingsai, Barongsai Jenis Utara

Mengenal Pekingsai, Barongsai Jenis Utara

Nasional • 1 month ago

Barongsai merupakan salah satu kesenian tradisional Tionghoa yang memiliki sejarah lebih dari seribu tahun. Barongsai terbagi menjadi dua jenis, yakni selatan dan utara, yang memiliki keunikan masing-masing. Kita akan bersama-sama mencari tahu lebih lanjut tentang "Pekingsai".

Sebagai seni tradisional Tionghoa yang memiliki sejarah ribuan tahun, atraksi barongsai dikenal melalui penyebaran budaya dan masyarakat Tionghoa ke seluruh dunia. Hingga kini, atraksi barongsai masih kerap memeriahkan berbagai festival dan perayaan. 

Barongsai terdiri dari dua jenis, yakni singa selatan dan utara. Reporter Metro Xinwen mengajak Anda mengunjungi kegiatan Pelatihan Peserta Pekingsai Nasional yang diadakan oleh Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI) di Tangerang, Provinsi Banten dari 13-17 Oktober 2023, untuk mengenal lebih jauh tentang atraksi singa utara atau yang dikenal sebagai pekingsai. 

Kegiatan ini diikuti oleh para pelatih barongsai dari 14 daerah di Indonesia. Ketua Umum FOBI Edy Kusuma mengatakan, pekingsai telah dimasukkan sebagai salah satu cabang olahraga yang akan dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-21 di Aceh pada 2024 mendatang. 

Pelatihan kali ini digelar sebagai persiapan untuk ajang tersebut, dengan harapan dapat memberikan energi positif bagi para pelatih dalam negeri, turut melestarikan pekingsai. Sehingga lebih dikenal masyarakat luas, dan meraih prestasi yang baik dalam kompetisi.

Hadiri HUT ke-25 PSMTI, Ganjar Ajak Berkolaborasi untuk Pembangunan Indonesia

Hadiri HUT ke-25 PSMTI, Ganjar Ajak Berkolaborasi untuk Pembangunan Indonesia

Nasional • 2 months ago

Bakal Calon Presiden (Bacapres) dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo menghadiri peringatan HUT ke-25 Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI).  Adapun acara tersebut digelar di Gedung Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Senin, 2 Oktober 2023. Saat tiba di lokasi, Ganjar yang mengenakan baju batik disambut oleh Ketua Umum PSMTI Pusat Wilianto Tanta. 

Eks Gubernur Jawa Tengah itu menyampaikan ucapan selamat ulang tahun kepada PSMTI yang ke-25. Menurutnya untuk menginjak usia tersebut bukanlah sesuatu yang mudah bagi sebuah organisasi.

“Saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun ke-25 tahun. Waktu yang tidak pendek untuk sebuah organisasi,” kata Ganjar. 

Ganjar menyebut umur PSMTI yang sudah menginjak 25 tahun bukan sesuatu yang pendek bagi sebuah organisasi.

"Terbayangkan tidak ketika kita merawat organisasi dan berkeja untuk masyarakat, maka saat itu yang bisa kita rasakan adalah manusia yang berkumpul untuk kemaslahatan bersama," tutur Ganjar.

Berkaca dari apa yang sudah dilakukan oleh PSMTI, Ganjar mengajak kepada organisasi kemasyarakatan lain agar dapat berkolaborasi dengan seluruh elemen anak bangsa untuk memajukan bangsa Indonesia.

"Yuk organisasi-organisasi kemasyarakatan ini kita kuatkan, kita kolaborasikan oleh kita anak-anak bangsa berkontribusi atas pembangunan dan kemajuan Indonesia," imbau Ganjar.

Akan tetapi, kata Ganjar, dalam membangun bangsa Indonesia tidak hanya berkolaborasi, tapi juga menjaga kerukunan tanpa membedakan suku, agama dan ras.

“Mari kita jaga kerukunan dengan memoderasi, agar kita kemudian tidak saling membedakan, apakah itu karena sukunya, agamanya, rasnya, golongannya. Agar kita sama-sama merasa sebagai bangsa Indonesia. Itu yang paling penting untuk sekarang kita dorong,” ungkap Ganjar.

Selain itu, Ganjar turut mengutarakan langkah-langkah yang harus dilakukan bila ingin menjadikan Indonesia menjadi negara besar.

Mulai dari saling bergandengan tangan untuk memberikan sebuah kontribusi kebaikan, kemudian hal yang wajib adalah tetap berpegang teguh kepada Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. 

“Tentu mimpi besar negara ini tinggal akan kita wujudkan dengan dasar yang sangat kuat. Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika,” tandasnya. 

Sekedar informasi, selain Ganjar ada beberapa tokoh nasional lainnya yang hadir. Seperti Ketua Umum (Ketum) PSI Kaesang Pangarep dan istri, Erina Gudono, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie, hingga Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia, Moeldoko. 

Festival Chinese Kuliner Perkenalkan Budaya Leluhur

Festival Chinese Kuliner Perkenalkan Budaya Leluhur

Nasional • 2 months ago

Putra Putri Hakka (PPH) dan pemuda Teochew Indonesia menggelar acara Festival Chinese kuliner yang kedua kalinya di Waterfront, Mall Baywalk, Pluit, Jakarta Utara sejak 27 September - 1 Oktober 2023. 

Festival hari pertama dibuka denga talkshow dan oerformance seni bela diri asal Tiongkok. Selain untuk mempromosikan perkembangan UMKM, festival lima hari tersebut juga menghadirkan beragam pertunjukan budaya dan hiburan, yang bertujuan mengajak lebih banyak anak muda untuk bergabung melestarikan budaya Tionghoa. 

Ketua PPH Jakarta, Angga Pramana Jaya menyebut, pihaknya bersama Pemuda Teochew Indonesia selalu mengupayakan agar pengunjung kegiatan tersebut tidak hanya menikmati kuliner, namun juga dapat menikmati sekaligus melestarikan budaya Tionghoa.

Sementara itu, Ketua Pemuda Teochew Indonesia, Kurnia Kiswoto berharap Festival Chinese Kuliner ini dapat mempererat silaturahmi antar pemuda yang aktif dalam perkumpulan suku Tionghoa. Sehingga mereka dapat mengenal dan melestarikan budaya Tionghoa.

Warga Tionghoa di Rokan Hilir Kembali Gelar Ritual Bakar Tongkang

Warga Tionghoa di Rokan Hilir Kembali Gelar Ritual Bakar Tongkang

Nasional • 5 months ago

Setelah pandemi berlalu, masyarakat Tionghoa di Kabupaten Rokan Hilir kembali menggelar ritual bakar tongkang. Ritual itu dipusatkan di Ing Hok King, kelenteng tertua di Bagansiapiapi. 

Replika kapal tongkang berukuran panjang 9 meter dan lebar 1,8 meter ditandu dan diarak secara bergantian oleh masyarakat Tionghoa menuju ke lokasi pembakaran. Beberapa saat setelah replika tongkang terbakar, dua tiang pancang di bagian tengah kapal jatuh ke arah laut.

Masyarakat Tionghoa setempat meyakini bahwa hal itu pertanda bahwa rezeki tahun ini berasal dari laut. 

Bupati Rokan Hilir Afrizal Sintong mengatakan, ritual bakar tongkang menjadi salah satu tradisi masyarakat Tionghoa untuk mengenang sejarah masuknya warga Tionghoa di Bagansiapiapi. Afrizal menambahkan, ritual bakar tongkang sudah menjadi event wisata nasional, yang menarik pengunjung dari dalam maupun luar negeri. 

Sementara itu, anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan yang hadir dalam kegiatan tersebut mengapresiasi suksesnya pelaksanaan ritual bakar tongkang di Kabupaten Rokan Hilir. Arteria menilai kolaborasi antara pemda dan masyarakat setempat terjalin dengan sangat erat, sehingga setiap tradisi budaya bisa terlaksana dengan sukses dan lancar.

Mengenal Kompol Happy Saputra, Polisi Keturunan Tionghoa

Mengenal Kompol Happy Saputra, Polisi Keturunan Tionghoa

Nasional • 5 months ago

Kompol Happy Saputra adalah perwira menengah di Polri lulusan Akademi Kepolisian di Semarang, Jawa Tengah pada 2009. Ia pandai berbicara dalam bahasa Mandarin, karena pada tahun 2010 ia pernah mendapatkan beasiswa untuk belajar di Beijing Foreign Studies University.

Kompol Happy Saputra mengungkapkan, semua pencapaiannya berkat kesempatan yang diberikan oleh institusi Polri. Pada tahun 2021, Happy telah menamatkan pendidikan magister di Universitas Victoria Wellington (Victoria University of Wellington), Selandia Baru, dan merupakan salah satu dari delapan WNI yang lulus dari pendidikan pascasarjana di universitas tersebut.

Saat ini, Kompol Happy Saputra menjabat Ps Kasat Lantas Polres Metro Bekasi. Sebelumnya ia menjabat sebagai Kapolsek Pademangan.

Pada momen peringatan Hari Bhayangkara 2023, Kompol Happy berharap agar di tahun politik ini seluruh elemen masyarakat dapat menjaga kedamaian dan stabilitas nasional.

2 Pelaku Pembongkaran Makam Tionghoa di Kubu Raya Berhasil Ditangkap

2 Pelaku Pembongkaran Makam Tionghoa di Kubu Raya Berhasil Ditangkap

Nasional • 5 months ago

Polres Kubu Raya berhasil meringkus dua orang pelaku perusak dan pembongkaran puluhan makam Tionghoa di Desa Parit Baru,Kec. Sungai Raya, Kab. Kubu Raya, Kalbar, serta menyita barang bukti berupa belasan batang kayu Ulin. 

Kepada penyidik, kedua pelaku yakni Iqbal (35 tahun) dan Iwan (37 tahun), mengaku merusak dan membongkar kuburan karena ingin mencuri kayu Ulin yang ada di dalam makam. 

Pelaku diancam pasal 363 KUHP dengan ancaman hukuman penjara di atas 5 tahun.

Sebelumnya, puluhan makam warga Tionghoa di pemakaman Yayasan Bhakti Suci, Kec. Sungai Raya, Kab. Kubu Raya, Kalimantan Barat, baru-baru ini dirusak dan dibongkar oleh orang tak dikenal. Tak hanya merusak dinding kuburan, para pelaku yang diduga lebih dari satu orang juga membongkar lantai sehingga membuat kuburan berlubang. 

Selain di Yayasan Bhakti Suci, perusakan dan pembongkaran sejumlah kuburan warga Tionghoa oleh orang tak dikenal juga terjadi di Yayasan Marga Segar (Heng) pada Rabu, 21 Juni 2023. 

Menurut pihak yayasan,ada sebanyak kurang lebih 40 bangunan kuburan yang seluruh dinding dan lantainya rusak dan berlubang, dengan kerugian materiil sedikitnya mencapai puluhan juta rupiah, atau mungkin jauh lebih banyak lagi. 

Sejarah dan Filosofi Budaya Barongsai

Sejarah dan Filosofi Budaya Barongsai

Nasional • 6 months ago

Pepatah mengatakan bahwa "Di mana ada sinar matahari, di situ ada orang Tionghoa, dan di mana ada orang Tionghoa, di situ ada barongsai." Barongsai merupakan salah satu kesenian rakyat tradisional Tionghoa yang sejak zaman dahulu telah menjadi acara wajib dalam berbagai festival dan perayaan, dengan tujuan untuk memohon keberuntungan, kedamaian, kemakmuran dan keberkahan.

Menurut catatan sejarah, barongsai telah ada sejak era Dinasti Han dan mengalami perkembangan pesat pada era Dinasti Utara dan Selatan, dengan sejarah lebih dari 1.000 tahun. Meski cerita tentang barongsai telah tersebar di masyarakat sejak lama, namun asal-usul barongsai memiliki beberapa versi.

Salah satunya adalah bahwa Tiongkok sendiri tidak memiliki singa. Dalam budaya Tionghoa, singa awalnya hanya dianggap sebagai hewan suci seperti naga dan unicorn. Baru pada era Dinasti Han, Tiongkok kedatangan sejumlah singa dari dunia barat. Selain itu juga ada juga dongeng dan legenda yang mengisahkan bahwa barongsai adalah hasil evolusi dari kegiatan penduduk desa yang menggunakan singa kertas dan gong untuk mengusir makhluk buas yang muncul pada tahun baru.

Direktur Komite Teknis Asosiasi Barongsai dan Naga Internasional, Xiao Feihong mengatakan bahwa tradisi barongsai datang ke Dataran Tengah dari kawasan Barat melalui Jalur Sutra dan mengalami evolusi selama berabad-abad hingga secara bertahap menjadi budaya akar rumput yang unik serta simbol semangat Tiongkok. Xiao Feihong menambahkan, barongsai adalah tentang semangat persatuan, tari barongsai secara bertahap merambah kancah global, bahkan berkembang menjadi cabang olah raga. Jadi barongsai yang kita lihat hari ini adalah barongsai telah menjadi budaya universal.

Budaya barongsai kini juga sudah lazim di Indonesia. Ketua Barongsai Kong Ha Hong Ronald Syarif mengatakan, di masa lalu ketika situasi politik tidak menguntungkan bagi orang Tionghoa, untuk mengonsolidasikan semangat nasionalisme dan kesadaran pluralisme masyarakat Tionghoa Indonesia, maka para pemain barongsai dilarang melakukan praktik diskriminasi berdasarkan perbedaan ras dan agama, dan harus memiliki kerja sama tim yang majemuk.

Singa adalah binatang yang melambangkan keberuntungan dalam budaya Tiongkok. Atraksi barongsai diyakini bisa mengusir roh jahat, membawa keberuntungan, serta memiliki semangat persatuan. Seperti diketahui, Tiongkok mulai berdagang dengan negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia sejak era Dinasti Qing, dan barongsai diperkirakan mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-17.

Bedah Buku Mayor Khouw Kim An

Bedah Buku Mayor Khouw Kim An

Peristiwa • 6 months ago

Gedung Candra Naya dibangun pada abad ke-19, dan merupakan bekas kediaman Khouw Kim An, Mayor Tionghoa ke-5 dan terakhir di Indonesia. Bangunan bergaya arsitektur Tionghoa kuno tersebut menjadi salah satu saksi sejarah masyarakat Tionghoa di Indonesia, dan telah resmi terdaftar sebagai cagar budaya nasional sejak tahun 1990. 

Dalam acara bedah buku “Rumah Mayor Tionghoa di Jakarta (Pasca Pemugaran)” yang digelar pada 3 Juni lalu, penulis buku Prof. Naniek Widayati menceritakan kisah tentang pemugaran maupun pasca pemugaran rumah mayor Tionghoa di Jakarta. Naniek mengatakan bahwa buku tersebut didedikasikan bagi komunitas dan pemerhati Tionghoa Indonesia. 

Naniek juga menegaskan bahwa motivasi awal dalam menulis buku tersebut adalah menyampaikan dan mengedukasi masyarakat serta generasi yang akan datang terkait latar belakang dan sejarah gedung Candra Naya. Naniek menambahkan, di era globalisasi dengan teknologi maju seperti sekarang, masyarakat harus terus memperkuat lokalisme, baik dari kebiasaan, budaya, maupun peninggalan bangunan budaya.

Sementara itu, Ng Andre Hutama selaku pembahas buku tersebut mengatakan gedung Candra Naya merupakan peninggalan arsitektur yang penuh kenangan, dan kini telah menjadi bangunan cagar budaya bersejarah. Andre juga mengatakan bahwa perjuangan Profesor Naniek Widayati bersama tim konservasinya terhadap bangunan ini patut diapresiasi.

Khouw Kim An adalah seorang pengusaha dan birokrat Tionghoa Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, Khouw Kim An diangkat sebagai mayor Tionghoa, dan bertanggung jawab menjaga kepentingan masyarakat Tionghoa setempat. Profesor Naniek Widayati menganggap sosok Khouw Kim An sebagai seorang pahlawan. Selain kaya dan berpendidikan, Khouw Kim An juga banyak berkontribusi terhadap masyarakat, sehingga layak dijadikan panutan oleh generasi mendatang.