Ilustrasi OJK. Foto: MI/Ramdani
Insi Nantika Jelita • 6 September 2024 18:05
Kondisi itu didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas memadai di tengah ketidakpastian global, serta ekspektasi pasar terhadap langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed menurunkan suku bunganya (fed funds rate/FFR).
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan, penantian terhadap pemangkasan FFR itu membuat pasar keuangan negara berkembang (emerging market) menguat, terutama di pasar obligasi dan nilai tukar.
"Secara umum pertumbuhan ekonomi global melemah dengan inflasi termoderasi diiringi cooling down pasar tenaga kerja AS di tengah ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga kebijakan FFR di tahun ini. Namun, sektor jasa keuangan terjaga stabil," ujar Mahendra dalam konferensi pers RDK dilansir Media Indonesia, Jumat, 6 September 2024.
Di pasar domestik, lanjutnya, kinerja perekonomian masih cukup positif dan cenderung stabil dengan tingkat inflasi inti yang masih terjaga dan neraca perdagangan yang tercatat surplus.
"Namun, perlu dicermati mengenai pemulihan daya beli yang saat ini berlangsung relatif lambat," ucap dia.
OJK mewaspadai faktor risiko global
Di tengah tingginya ketidakpastian akibat eskalasi tensi geopolitik global, OJK tetap mewaspadai faktor risiko tersebut dan potensi dampak rambatannya terhadap sektor jasa keuangan agar dapat mengambil langkah antisipatif serta meminta industri untuk memonitor risiko sisi bawah (downside risk) secara berkala.
Serta, melakukan langkah mitigasi yang diperlukan seperti menyediakan buffer yang memadai dan pelaksanaan uji ketahanan secara periodik.