Rupiah. Foto: dok MI.
M Ilham Ramadhan Avisena • 2 April 2025 16:55
Jakarta: Pelemahan nilai tukar rupiah berpotensi melampaui titik terendah pada 1998 saat krisis moneter (krismon) terjadi. Mata uang Indonesia diperkirakan bakal melemah hingga Rp16.900 pada akhir pekan ini.
Sebab utama rupiah terdepresiasi kali ini ialah wacana penerapan tarif dagang yang tinggi dari Amerika Serikat (AS). Rencananya, kebijakan itu menyasar ke negara-negara yang memiliki surplus dagang terhadap AS. Tak terkecuali Indonesia.
Kebijakan tarif tinggi itu bakal diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump pada Rabu (2/4) waktu setempat. Hal itu berpotensi membuat nilai tukar rupiah mengalami depresiasi lebih dalam lantaran hingga Jumat (4/4) Bank Indonesia tak melakukan intervensi akibat masih dalam periode libur Lebaran.
"Kenapa hari ini mendekati 16.700 lebih? Karena libur semua. Ini yang saya khawatirkan. Karena kejadian 2024 sampai Rp16.000 per USD karena kan libur. Ini pun juga sama, libur terlalu lama," ungkap pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi saat dihubungi, Rabu, 2 April 2025.
"Kalau saat ini di Rp16.700, bisa saja besok di Rp16.800 dan mentok di Rp16.900. Mungkin pada saat di hari Senin berikutnya Bank Indonesia melakukan intervensi, (bisa) langsung turun lagi. Saya menganggap bahwa Rp16.900 itu level tertinggi," tambah dia.
Pada saat krisis moneter terjadi, nilai tukar rupiah terjun bebas hingga Rp16.800 per dolar AS. Prediksi rupiah yang bakal melemah hingga di kisaran Rp16.900 per dolar AS juga lebih buruk dari kurs terendah saat pandemi covid-19 yang tercatat Rp16.741 per dolar AS.
Baca juga: Duh! Rupiah Ambruk hingga Sentuh Level Rp16.700/USD |