Ilustrasi. Foto: dok MI.
Husen Miftahudin • 15 October 2025 09:35
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan, setelah terus mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 15 Oktober 2025, rupiah hingga pukul 09.27 WIB berada di level Rp16.567 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 36 poin atau setara 0,22 persen dari Rp16.603 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.572 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.600 per USD hingga Rp16.650 per USD," jelas Ibrahim.
Perang dagang AS-Tiongkok memanas
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah hari ini akan dipengaruhi oleh sentimen Presiden AS Donald Trump yang mengancam akan mengenakan tarif 100 persen terhadap Tiongkok, yang memicu kecaman keras dari Beijing, dan mengancam akan melakukan tindakan pembalasan. Namun, kedua negara tampaknya sedang berupaya mencapai rekonsiliasi.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan Trump akan bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Korea Selatan akhir bulan ini. Bessent juga mengatakan Washington dan Beijing terus berunding mengenai kemajuan perdagangan lebih lanjut.
Selain itu, prospek dua kali lagi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed) tahun ini telah menjaga imbal hasil Treasury tetap rendah dan Pasar mengindikasikan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan 29 Oktober mendatang. Peluangnya mencapai 97 persen, menurut alat probabilitas suku bunga CME FEd Watch
"Fokus pasar hari ini adalah pada pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang akan mengikuti sebuah diskusi tentang prospek ekonomi dan kebijakan moneter pada Pertemuan Tahunan Asosiasi Ekonomi Bisnis Nasional, di Philadelphia," tutur Ibrahim.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Ekonomi Indonesia tunjukkan ketahanan yang kuat
Di sisi lain, Ibrahim menilai
perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan yang kuat di tengah gejolak global. Prospek ekonomi nasional semakin positif didukung oleh pertumbuhan yang solid, inflasi yang stabil, dan perbaikan kinerja ekspor di tengah tren penurunan suku bunga global.
International Monetary Fund (IMF) merevisi ke atas proyeksi perekonomian global yang mencerminkan optimisme yang mulai menguat. Indonesia termasuk negara yang mengalami revisi ke atas dengan pertumbuhan ekonomi 2025 diproyeksikan naik menjadi 4,8 persen dari sebelumnya 4,7 persen. Pemerintah optimistis realisasi bisa melampaui proyeksi tersebut.
Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,12 persen pada triwulan II-2025. Pertumbuhan tersebut didorong konsumsi rumah tangga yang meningkat 5 persen, serta investasi yang tumbuh 6,99 persen. Sektor manufaktur sebagai kontributor ekonomi terbesar kembali menguat dengan pertumbuhan mencapai 5,68 persen, tertinggi sejak tahun 2022.
Di sisi lain, kinerja ekspor Indonesia menunjukkan perkembangan menggembirakan. Berdasarkan data Bea Cukai hingga Agustus 2025, ekspor tumbuh 7,8 persen secara tahunan, terutama didorong sektor industri pengolahan dan hilirisasi mineral seperti nikel dan tembaga.
Neraca perdagangan kumulatif Januari hingga Agustus 2025 bahkan melonjak 52,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Hal tersebut mencerminkan daya saing ekspor yang semakin kuat meskipun diwarnai dinamika tarif perdagangan global.