Pasar Panik Hadapi Tarif Baru AS, Harga Emas Dunia Langsung Meroket

Ilustrasi harga emas naik. Foto: Freepik.

Pasar Panik Hadapi Tarif Baru AS, Harga Emas Dunia Langsung Meroket

Husen Miftahudin • 8 July 2025 12:40

Jakarta: Harga emas (XAU/USD) pada perdagangan Selasa mencatat penguatan signifikan, dengan menyentuh level USD3.333, seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap ancaman perang dagang baru antara Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Asia Timur.

Sentimen ini dipicu oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump, yang mengumumkan rencana pemberlakuan tarif 25 persen terhadap seluruh barang dan produk dari Korea Selatan dan Jepang, yang akan mulai berlaku efektif pada 1 Agustus.

Menurut analis dari Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha, keputusan tersebut langsung memicu kecemasan pasar global terhadap potensi gangguan rantai pasok serta perlambatan ekonomi global. Hal ini mendorong investor untuk kembali melirik emas sebagai aset lindung nilai.

"Pergerakan harga emas saat ini mencerminkan kekhawatiran terhadap eskalasi tensi geopolitik dan kebijakan perdagangan yang agresif dari AS. Kondisi pasar menunjukkan emas tetap menjadi pilihan utama ketika risiko global meningkat," ungkap Andy dikutip dari analisis hariannya, Selasa, 8 Juli 2025.

"Kenaikan harga menuju USD3.333 adalah reaksi spontan terhadap berita tarif. Jika sentimen ini bertahan, harga berpotensi lanjut ke USD3.343," tambah dia.
 

Baca juga: Meski Harga Emas Dunia Turun, Investor Berhasil Pangkas Kerugian
 

Potensi penguatan lanjutan masih terbuka


Secara teknikal, kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average menunjukkan tren bullish yang masih cukup kuat. Andy mencatat selama harga tetap berada di atas area support USD3.300, potensi penguatan lanjutan masih sangat terbuka.

"Jika tekanan beli tetap dominan dan tidak ada sinyal pembalikan arah yang signifikan, maka kita bisa melihat XAUUSD menargetkan resistance berikutnya di USD3.343. Namun, jika terjadi tekanan jual, penurunan ke USD3.300 bisa menjadi koreksi sehat sebelum tren naik kembali berlanjut," jelas dia.

Meski sentimen perang dagang mendukung penguatan harga emas, logam mulia ini masih dibayangi oleh faktor fundamental lain seperti penguatan Dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Data terakhir menunjukkan imbal hasil obligasi 10 tahun naik 4 basis poin ke 4,389 persen, sementara imbal hasil riil naik menjadi 2,059 persen.

Kata Andy, kenaikan ini biasanya menekan harga emas karena meningkatkan daya tarik instrumen pendapatan tetap. Selain itu, Indeks Dolar AS (DXY) turut menguat hingga 97,55, mendekati level tertingginya dalam delapan hari terakhir di 97,66.


(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
 

Proyeksi pemangkasan suku bunga Fed menurun


Dari sisi data ekonomi, laporan Nonfarm Payrolls (NFP) AS untuk Juni menunjukkan hasil yang lebih kuat dari perkiraan, dengan penambahan 147 ribu lapangan kerja, melampaui ekspektasi 110 ribu dan lebih tinggi dari revisi Mei sebesar 144 ribu. Tingkat pengangguran juga turun dari 4,2 persen menjadi 4,1 persen.

Data ini membuat ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Fed menurun, dengan probabilitas pemangkasan kini tersisa 50 basis poin, turun 14 bps dari sebelumnya, menurut data dari Chicago Board of Trade. Meski demikian, The Fed diperkirakan akan tetap menunggu perkembangan inflasi serta potensi dampak tarif terhadap perekonomian sebelum mengambil keputusan suku bunga berikutnya.

Di sisi lain, permintaan terhadap emas fisik masih menunjukkan kekuatan. Bank Sentral Tiongkok dilaporkan kembali menambah cadangan emasnya untuk bulan kedelapan berturut-turut pada Juni, yang menjadi sinyal positif bagi prospek harga logam mulia. Aksi ini mencerminkan kepercayaan institusi keuangan besar terhadap emas sebagai sarana diversifikasi dan pelindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Untuk pekan ini, perhatian pasar akan tertuju pada risalah rapat kebijakan moneter The Fed (FOMC) dan pidato sejumlah pejabat Federal Reserve, yang dapat memberikan sinyal lebih lanjut terkait arah kebijakan suku bunga. Selain itu, publikasi data mingguan terkait klaim tunjangan pengangguran AS juga akan menjadi fokus penting dalam membaca kekuatan pasar tenaga kerja.

"Meskipun terdapat tekanan dari sisi dolar dan yield, tren jangka pendek XAU/USD masih menunjukkan arah positif. Selama sentimen perang dagang mendominasi dan permintaan institusional terhadap emas tetap tinggi, XAU/USD memiliki ruang untuk terus bergerak dalam tren bullish," jelas Andy.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)