Ilustrasi rupiah. Foto: MI/Rommy.
Jakarta: Mata uang rupiah melemah lagi pada pembukaan perdagangan hari ini. Investor hanya fokus kepada data-data ekonomi Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) pada hari ini.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi tergelincir 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp15.656 per USD dari penutupan perdagangan sebelumnya yang sebesar Rp15.646 per USD.
Biro Sensus Departemen Perdagangan AS mengatakan pesanan barang tahan lama turun 6,1 persen bulan lalu, melebihi perkiraan penurunan 4,5 persen oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters.
Data tersebut tampaknya tidak mengganggu pasar, dengan semua perhatian tertuju pada indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti AS yang akan dirilis pada hari hari ini. Perkiraannya adalah kenaikan 0,4 persen.
"Pasar valuta asing tampaknya sedang beristirahat menjelang laporan PCE inti minggu ini," kata Kepala Strategi Mata Uang di Saxo Charu Chanana, dilansir
Channel News Asia, Rabu, 28 Februari 2024.
Menurut FedWatch Tool CME, pelaku pasar sebagian besar telah memperkirakan penurunan suku bunga pada pertemuan The Fed Maret dan Mei. Peluang pemotongan Juni adalah sekitar 51 persen. Indeks dolar AS, yang mengukur mata uang terhadap sejumlah mata uang lainnya, berada di sekitar 103,79 atau naik 0,06 persen.
Pergerakan ekonomi global
Dengan ekspektasi pasar yang lebih selaras dengan proyeksi dan komentar terbaru The Fed, para pedagang hanya akan merespons jika mereka melihat adanya penembusan tren yang mengisyaratkan lemahnya pertumbuhan.
Sementara itu mata uang Euro berkonsolidasi karena Eropa menunggu laporan inflasi, dengan negara-negara Jerman, Perancis dan Spanyol dijadwalkan merilis data inflasi Kamis menjelang angka-angka kawasan euro yang akan dirilis Jumat.
Sementara itu, data inflasi menunjukkan inflasi konsumen inti Jepang melebihi perkiraan dan mempertahankan beberapa ekspektasi Bank of Japan mungkin akan mengakhiri suku bunga negatif pada April.