Surplus Dagang Beri Angin Segar Bagi Rupiah

Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi.

Surplus Dagang Beri Angin Segar Bagi Rupiah

Media Indonesia • 22 April 2024 18:43

Jakarta: Surplus perdagangan yang terjadi pada Maret 2024 dinilai dapat menjadi angin segar bagi nilai tukar rupiah. Terlebih mata uang Garuda dalam beberapa waktu terakhir terus mengalami tekanan dan mengalami depresiasi.

"Lonjakan surplus perdagangan ini dapat menjadi kabar baik bagi nilai tukar rupiah," ujar Ekonom Bank Permata Josua Pardede melalui keterangan tertulis, Senin, 22 April 2024.

Angin segar surplus dagang terjadi di tengah meningkatnya sentimen risk off dan permintaan terhadap aset-aset yang dianggap aman. Sebabnya ialah situasi geopolitik di Timur Tengah yang memburuk, diikuti dengan indikator ekonomi Amerika Serikat yang konsisten menguat.

Kondisi-kondisi tersebut, kata Josua, telah menyebabkan tren arus modal keluar dan depresiasi rupiah, seperti yang terjadi dalam beberapa waktu ke belakang. Namun, meski memberi kabar baik, kondisi surplus dagang yang tinggi diperkirakan hanya berlangsung sebentar dan sementara.

"Kami melihat peningkatan surplus perdagangan ini tampaknya hanya bersifat sementara, terutama didorong oleh penurunan impor selama bulan Ramadan," kata Josua.
 

Baca juga: BPS: Neraca Dagang Maret 2024 Surplus USD4,47 Miliar
 

Surplus perdagangan akan menyempit


Karenanya, lanjut Josua, surplus perdagangan kemungkinan akan kembali menyempit di masa mendatang, sehingga meningkatkan kemungkinan melebarnya defisit transaksi berjalan (CAD).

Dia memperkirakan CAD pada setahun penuh di 2024 akan tetap terkendali, mengalami sedikit peningkatan dari 0,11 persen PDB pada 2023 menjadi 0,70 persen Produk Domestik Bruto (PDB).

Hal itu, imbuh Josua, didasari dari berbagai faktor, termasuk normalisasi harga komoditas secara bertahap, ketahanan permintaan domestik di tengah prospek perekonomian Indonesia yang positif, dan potensi dampak meningkatnya ketidakpastian global terhadap permintaan eksternal.

"Selain itu, potensi pendorong positif bagi nilai tukar rupiah dapat muncul dari ekspektasi penurunan suku bunga kebijakan global pada semester II 2024. Langkah tersebut dapat meningkatkan sentimen risk-on, menarik arus masuk modal dan meningkatkan prospek pertumbuhan global, yang pada gilirannya akan mendukung harga komoditas," jelas dia.

Secara keseluruhan, dia memperkirakan rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp15.900 hingga Rp16.100 per USD pada akhir semester I-2024, dan menguat ke kisaran Rp15.600 hingga 15.800 per USD pada akhir tahun.
 
(M ILHAM RAMADHAN)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)