Kepala Kantor SAR Jakarta Desiana Kartika Bahari. (Medcom.id/Yurike)
Jakarta: Badan SAR Nasional (Basarnas) mengidentifikasi ancaman bencana yang kemungkinan terjadi di DKI Jakarta meliputi banjir, gempa bumi, hingga ancaman megathrust yang berpotensi menimbulkan tsunami. Terkait ini, Basarnas menyusun rencana kontingensi menghadapi potensi bencana di wilayah DKI Jakarta.
Kepala Kantor SAR Jakarta Desiana Kartika Bahari mengungkapkan penyusunan rencana kontingensi ini melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, swasta, dan pengelola gedung. Dalam rapat koordinasi yang digelar hari ini, 26 November 2024, pembahasan difokuskan pada finalisasi draft rencana yang akan diuji coba dalam simulasi tanggap darurat pada 18 Desember mendatang.
"Kita sudah menyusun draft kontingensi bersama stakeholder, baik dari Pemda maupun pihak swasta, khususnya pengelola gedung. Harapannya, ini akan diuji coba dalam latihan besar bersama," kata Desiana, di sela rapat koordinasi lintas instansi di Jakarta, Selasa, 26 November 2024.
Rencana kontingensi yang dirancang melibatkan tiga skenario berbeda untuk menguji kesiapan tim SAR dan pihak terkait. Antara lain, gedung runtuh secara total, kendaraan tertimpa reruntuhan gedung, dan gedung berguncang disertai kebakaran.
"Untuk stasiun tiga, kita optimalkan pengalaman BPBD dan Damkar yang sudah sering melatih pengelola gedung. Ini akan menjadi sinergi yang baik," ungkap dia.
Menurut dia, kegiatan hari ini juga dilengkapi dengan pelatihan teknis pencarian dan pertolongan di ketinggian bagi pengelola gedung bertingkat di Jakarta. Dia memastikan tim SAR Jakarta siap siaga di berbagai titik strategis untuk merespons cepat jika terjadi bencana.
"Kami fokus pada efisiensi waktu dan pemetaan kondisi agar setiap langkah respons berjalan optimal," ujar dia.
Sementara itu, Laksamana Muda TNI Ribut Eko Suyatno, Deputi Bidang Operasi SAR dan Kesiapsiagaan Basarnas menegaskan pihaknya berupaya menyusun dokumen rencana kontingensi yang aplikatif. Sehingga, kelak dapat diimplementasikan sewaktu-waktu.
Eko menjelaskan efek gempa, seperti gedung runtuh atau insiden yang memerlukan
urban search and rescue (USAR), menjadi perhatian serius dalam penyusunan rencana.
"Kita perlu mengantisipasi kemungkinan gedung-gedung tinggi mengalami kolaps, sehingga teknik pencarian dan pertolongan harus dilatihkan," jelas Eko.
Dalam konteks wilayah perkotaan seperti Jakarta, kata Eko, pengelola gedung tinggi menjadi salah satu elemen kunci dalam mitigasi risiko. Eko mengungkapkan Basarnas telah berdiskusi dengan asosiasi pengelola gedung di kawasan SCBD dan Mega Kuningan untuk menyusun rencana aksi.
"Penghuni gedung harus memiliki prosedur evakuasi mandiri sebelum tim eksternal datang memberikan bantuan," katanya.
Rencana ini mencakup penentuan titik aman, penyusunan alur evakuasi, dan simulasi keselamatan bagi penghuni gedung. Ancaman nyata lainnya yang menjadi perhatian adalah potensi megathrust di Selat Sunda, yang dapat memicu gempa besar dan tsunami.
"Ancaman ini nyata dan harus kita hadapi dengan kesiapan maksimal. Mulai dari dokumen perencanaan hingga pelatihan di lapangan," tutup Eko.