Ambruk Lebih dari 2%, Rupiah Ditutup ke Level Rp16.175/USD

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Ambruk Lebih dari 2%, Rupiah Ditutup ke Level Rp16.175/USD

Husen Miftahudin • 16 April 2024 18:07

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan, setelah libur karena Hari Raya Idulfitri.
 
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 16 April 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.175 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sebanyak 328 poin atau setara 2,07 persen dari posisi Rp15.840 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan besok akan kembali mengalami pelemahan.
 
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.160 per USD hingga Rp16.250 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
 
Ia pun membeberkan penyebab ambruknya rupiah kala melawan dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, diantaranya sentimen yang berasal dari eksternal maupun internal.
 

Inflasi AS stagnan

 
Ibrahim menuturkan, greenback menguat karena inflasi yang masih stagnan dan pertumbuhan yang kuat menyebabkan investor menunda ekspektasi mengenai kapan Federal Reserve kemungkinan akan mulai menurunkan suku bunganya.
 
Bank sentral AS kini juga memperkirakan akan melakukan pemotongan lebih sedikit dibandingkan sebelumnya. Para pedagang sekarang memperkirakan kurang dari dua kali pemotongan sebesar 25 basis poin pada akhir tahun, setelah sebelumnya memperkirakan tiga kali pemotongan.
 
Presiden Fed New York John Williams mengatakan kebijakan Fed berada dalam kondisi yang baik dan masih bersifat restriktif, dan menambahkan pandangannya sendiri penurunan suku bunga kemungkinan akan dimulai tahun ini.
 
"Investor juga fokus pada meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, yang dipandang sebagai peningkatan permintaan terhadap safe haven dolar AS," terang dia.
 
Israel, jelas Ibrahim, menghadapi tekanan yang semakin besar dari sekutunya pada hari Senin untuk menunjukkan pengendalian diri dan menghindari eskalasi konflik di Timur Tengah ketika Israel mempertimbangkan bagaimana menanggapi serangan rudal dan pesawat tak berawak Iran pada akhir pekan.
 
Adapun, penjualan ritel naik 0,7 persen pada bulan lalu dan data Februari direvisi lebih tinggi untuk menunjukkan penjualan meningkat 0,9 persen, bukan 0,6 persen seperti yang dilaporkan sebelumnya.
 
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penjualan ritel, yang sebagian besar berupa barang dan tidak disesuaikan dengan inflasi, naik 0,3 persen di Maret.
 
Baca juga: Rupiah Melemah ke Level Terdalam Sejak April 2020
 

Ramadan-Lebaran bikin ekonomi RI semringah

 
Di sisi lain, sambung Ibrahim, pasar terus mengamati momentum Ramadan dan Lebaran yang diyakini dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi domestic sebesar 0,14-0,25 persen poin (ppt). Sehingga, di kuartal pertama 2024 ekonomi Indonesia berpeluang untuk tumbuh di kisaran 5,0 persen sampai 5,1 persen.
 
Adapun sejumlah faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi tersebut adalah meningkatnya belanja pemerintah terutama terkait bansos dan pelaksanaan Pemilu. Seperti diketahui belanja negara sampai dengan 15 Maret 2024, naik 18,1 persen yoy.
 
Selain itu, adanya low-base effect dari kuartal pertama 2023 karena periode terlama Ramadan bergeser dari April pada tahun lalu (triwulan kedua) menjadi Maret pada tahun ini (triwulan pertama).
 
"Meski demikian, inflasi berada dalam tren meningkat yang disebabkan oleh kenaikan harga pangan. Hal ini bisa menjadi penghambat bagi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2024 karena dapat mengganggu daya beli masyarakat," tutur dia.
 
Selain itu, Bank Indonesia terus melakukan bauran strategi ekonomi guna untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah serta terus melakukan intervensi besar di pasar valuta asing, Obligasi di perdagangan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), walaupun nantinya akan berimbas terhadap menurunnya cadangan devisa.
 
"Namun apa yang dilakukan oleh BI sudah sesuai dengan regulasi yang bertujuan untuk menahan pelemahan mata uang rupiah, imbas dari kenaikan infalsi global," tutup Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)