Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi.
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan, setelah dua hari terakhir terus melemah.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 17 Juli 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.100 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat sebanyak 79 poin atau setara 0,49 persen dari posisi Rp16.179 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis besok akan menguat kembali.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.040 per USD hingga Rp16.120 per USD," ujar Ibrahim, dikutip dari analisis hariannya.
Ia pun membeberkan penyebab menguatnya nilai tukar rupiah saat melawan dolar AS hari ini, diantaranya sentimen yang berasal dari eksternal maupun internal.
Optimisme penurunan suku bunga Fed
Di sisi lain, jelas Ibrahim, optimisme terhadap penurunan suku bunga meningkatkan saham-saham AS, karena pembacaan inflasi yang lemah dan komentar-komentar yang cenderung dovish dari Federal Reserve meningkatkan spekulasi bank sentral akan mulai menurunkan suku bunga mulai September.
"Pedagang memperkirakan kemungkinan sebesar 91,7 persen Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada September, menurut CME Fedwatch. Data penjualan ritel yang lebih kuat dari perkiraan tidak banyak menghalangi spekulasi penurunan suku bunga," tutur Ibrahim.
Ketua Fed Jerome Powell mengatakan The Fed semakin yakin inflasi akan terus menurun. Dia juga sebelumnya memberi isyarat bank sentral tidak perlu melihat inflasi mencapai target dua persen untuk mulai menurunkan
suku bunga.
Fokus juga tetap tertuju pada pemilihan presiden tahun 2024 setelah upaya pembunuhan terhadap Donald Trump pada akhir pekan. Trump mengatakan dia yakin Taiwan harus membayar AS untuk memasok peralatan pertahanan ke pulau tersebut, dengan alasan Taiwan tidak memberikan apa pun kepada AS.
Selain itu, kekhawatiran terhadap kepresidenan Trump juga telah mengguncang pasar Tiongkok dalam beberapa sesi terakhir, mengingat mantan presiden tersebut mempertahankan retorika yang kuat terhadap negara tersebut.
"Pemerintahannya telah memicu perang dagang dengan Beijing pada akhir 2010-an. Pasar Tiongkok juga mengalami kerugian akibat lemahnya data perekonomian negara tersebut," papar Ibrahim.
BI tahan suku bunga
Sebelumnya Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate pada level 6,25 persen. Posisi ini masih sama seperti kebijakan pada bulan sebelumnya. Suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,50 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 7,00 persen.
Nilai tukar rupiah yang seringkali menjadi patokan BI dalam menentukan BI rate juga terpantau terkendali terkhusus sejak akhir Juni hingga 15 Juli 2024. BI rate terakhir kali dinaikkan pada April 2024 dan ditahan pada pertemuan Mei serta Juni di level 6,25 persen.
Selain itu, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan melaju di kisaran 4,7 persen sampai 5,5 persen hingga akhir 2024. Proyeksi untuk batas atas pertumbuhan ekonomi itu jauh di atas perkiraan pemerintah dalam asumsi makro APBN 2024 sebesar 5,2 persen untuk keseluruhan tahun ini.
Sedangkan, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi, sebagaimana pada saat ekonomi tumbuh 5,1 persen pada kuartal pertama 2024.
Kondisi yang sama diperkirakan akan terjadi juga untuk periode kuartal kedua 2024. Ditambah dengan meningkatnya kinerja ekspor barang ditopang oleh industri manufaktur terutama di sektor pertambangan yang masih menggeliat.