Ilustrasi. Foto: Dok MI
Eko Nordiansyah • 18 November 2025 09:12
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami pelemahan. Mata uang Garuda tersebut melemah saat dolar AS menguat tipis kemarin.
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 18 November 2025, rupiah berada di level Rp16.754 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 18 poin atau setara 0,11 persen dari Rp16.736 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.729 per USD. Rupiah terpantau menguat karena pada penutupang perdagangan kemarin berada di level Rp16.736 per USD.
Baca Juga :
.jpg)
(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar bergerak fluktuatif pada Selasa, 18 November 2025, dengan potensi melemah di rentang Rp16.730–Rp16.770 per dolar AS. Pergerakan rupiah mengikuti arah pasar global serta sentimen ekonomi dalam negeri.
Ibrahim menyampaikan, investor semakin yakin The Fed tetap mempertahankan kebijakan ketat karena inflasi di Amerika Serikat masih tinggi dan kondisi pasar tenaga kerja belum menunjukkan pelemahan. Sinyal ini muncul dari pernyataan beberapa pejabat The Fed.
Situasi pasar makin sensitif karena pemerintah AS sempat mengalami penutupan yang menyebabkan rilis data ekonomi tertunda, termasuk laporan payroll non-pertanian bulan September yang baru akan dipublikasikan pada Kamis mendatang. Data yang tertunda membuat pelaku pasar kehilangan panduan makro selama beberapa pekan sehingga arah pasar bergerak lebih hati-hati.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2026 berada di level 5,33 persen, sedikit di bawah target pemerintah sebesar 5,4 persen dalam APBN 2026. Proyeksi ini mempertimbangkan kebijakan moneter yang akan ditempuh BI dalam menjaga stabilitas sekaligus mendorong pertumbuhan di tengah tekanan global.
"Meski lebih rendah dari target pemerintah, BI menilai peluang mencapai pertumbuhan 5,4 persen tetap terbuka apabila realisasi belanja negara mampu dieksekusi lebih cepat dan lebih efektif," ujar dia.
BI juga memperkirakan inflasi pada 2026 berada di tingkat 2,62 persen, yang masih sesuai dengan rentang sasaran inflasi BI sebesar 2,5 persen plus minus satu persen. Perkiraan inflasi tersebut sedikit lebih tinggi dari asumsi dasar APBN 2026 sebesar 2,5 persen sehingga perlu langkah pengendalian harga yang terjaga sepanjang tahun.