Mendikdasmen RI menekankan pentingnya keterbukaan dan kerja sama lintas agama serta budaya dalam Konferensi LKLB 2025 di Jakarta, Selasa, 11 November 2025. (Institut Leimena)
Willy Haryono • 11 November 2025 17:03
Jakarta: Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia (Mendikdasmen RI) Abdul Mu’ti menegaskan pentingnya menumbuhkan kemampuan memahami perbedaan dan bekerja sama lintas budaya serta agama dalam masyarakat global yang semakin beragam. Ia menyebut perbedaan bukanlah penghalang, melainkan jembatan yang memperkuat satu sama lain.
“Kesadaran bagaimana kita bisa memahami dan menerima yang berbeda sangat penting dan telah menjadi gerakan. Berbagai pertemuan di tingkat internasional dan regional telah menjadikan hal ini agenda bersama agar kita bisa hidup saling menghormati, menerima, dan bekerja sama,” ujar Abdul Mu’ti dalam Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) 2025 di Jakarta, Selasa, 11 November 2025.
Konferensi yang diadakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI bersama Institut Leimena itu dihadiri lebih dari 200 peserta dari 20 negara. Tahun ini mengangkat tema “Education and Social Trust in Multifaith and Multicultural Societies.”
Abdul Mu’ti menilai kehidupan rukun antar masyarakat dengan latar belakang berbeda hanya bisa tercipta melalui keterbukaan. Ia memperkenalkan prinsip “open mind, open heart, dan open house” sebagai landasan membangun saling pengertian dan kerja sama antarmanusia.
“Keterbukaan memungkinkan hubungan yang dimulai dari saling bertukar pikiran (head to head), saling berempati (heart to heart), hingga saling bekerja sama (hand to hand),” katanya.
Ia menambahkan, Kemendikdasmen telah menerapkan kebijakan strategis seperti deep learning dan “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” untuk menumbuhkan karakter generasi muda yang terbuka, berkolaborasi, dan memiliki kepedulian sosial tinggi. Kebijakan tersebut sejalan dengan semangat program LKLB yang telah melibatkan lebih dari 10.000 guru di seluruh Indonesia.