Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi.
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 17 April 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.220 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 44 poin atau setara 0,28 persen dari posisi Rp16.176 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Meskipun demikian, analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan besok justru akan menguat.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.170 per USD hingga Rp16.250 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
Ia pun membeberkan penyebab ciutnya rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, di antaranya sentimen yang berasal dari eksternal maupun internal.
Menanti kebijakan suku bunga Fed
Ibrahim memaparkan, pedagang tetap bias terhadap dolar AS setelah rilis data inflasi dan penjualan ritel AS yang lebih tinggi dari perkiraan, yang menunjukkan inflasi masih stagnan dalam beberapa bulan terakhir.
Di sisi lain, peringatan dari Federal Reserve membuat sebagian besar pedagang tidak memperhitungkan penurunan suku bunga lebih awal serta memburuknya ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang mendorong permintaan
safe haven.
Komentar Powell membuat para pedagang semakin mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga pada Juni, dengan alat CME Fedwatch yang kini menunjukkan peluang 79,2 persen bank sentral akan mempertahankan
suku bunga tetap stabil.
"Alat ini juga menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang kecil kenaikan 25 basis poin," tutur dia.
Lebih banyak pejabat Fed yang akan menyampaikan pidatonya dalam beberapa hari mendatang, dan kemungkinan besar akan mengulangi retorika Powell, mengingat bank sentral telah memberi isyarat setiap penurunan suku bunga akan dipandu oleh inflasi.
"Selain itu, para pedagang waspada terhadap kemungkinan tindakan intervensi oleh Pemerintah Jepang, terutama karena beberapa pejabat memperingatkan dalam beberapa pekan terakhir mereka tidak akan mengesampingkan tindakan apa pun untuk membendung pelemahan yen," jelas Ibrahim.
Ekonomi RI diproyeksi tetap tumbuh 5%
Sementara itu, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) kembali mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 di angka 5,0 persen.
IMF tak mengubah proyeksinya terhadap ekonomi Indonesia di angka 5,0 persen. Setidaknya IMF telah konsisten terhadap prospek ekonomi Tanah Air dalam tiga laporan berturut-turut.
Meski mempertahankan prospek ekonomi tahun ini, namun IMF terpantau mengerek proyeksi ekonomi RI pada 2025 menjadi 5,1 persen. Sebelumnya, IMF secara kompak memberikan angka 5,0 persen terhadap proyeksi ekonomi RI, baik pada 2023, 2024, maupun 2025.
Hal itu sejalan dengan IMF menyebutkan negara berkembang yang tergabung dalam G20, salah satunya Indonesia, memegang peran penting bagi aktivitas ekonomi global. Indonesia sebagai produsen utama terbesar untuk transisi energi, yakni nikel.
"Lain IMF, lain pula pemerintah. Perekonomian Indonesia di tahun 2024 optimis akan lebih tinggi dibandingkan proyeksi IMF, yakni di angka 5,2 persen, kemudian pada tahun 2025 diproyeksikan mencapai kisaran 5,3 persen sampai 5,6 persen," jelas Ibrahim.
Optimisme pemerintah terhadap proyeksi 2024 yang solid dan 2025 yang lebih baik, didukung oleh kondisi politik yang semakin stabil pascapemilihan presiden (pilpres).
"Serta berbagai indikator makro cukup bagus dan fundamental makro juga kuat, sehingga memperkuat optimisme ekonomi terus tumbuh," ucap dia.