Erwin Setiawan, Merajut Cerita Indonesia Lewat Beragam Program Melegenda Metro TV

Jurnalis Metro TV Erwin Setiawan, General Manager Media Service yang memiliki banyak campur tangan di berbagai program news magazine era awal Metro TV. Dok.pribadi

Erwin Setiawan, Merajut Cerita Indonesia Lewat Beragam Program Melegenda Metro TV

Surya Perkasa • 10 November 2025 16:01

Jakarta: Nama Erwin Setiawan lekat dengan perjalanan 25 tahun Metro TV. Dari masa-masa awal berdiri hingga menjadi rumah bagi berbagai program dokumenter dan news magazine yang dikenal luas masyarakat Indonesia. 

Berawal sebagai jurnalis lapangan, Erwin tumbuh bersama televisi berita pertama di Indonesia hingga kemudian dipercaya menjadi produser berbagai tayangan unggulan. Kini Erwin menjabat sebagai General Manager Media Service di Metro TV.

Metrotvnews.com berkesempatan untuk berbincang panjang dengan Erwin, sosok yang sangat bersahaja dan tak pelit tawa. Erwin mengenang perjalanannya selama lebih dari dua dekade di dunia jurnalistik televisi. 

Ia berkisah bagaimana semangat kolektif, eksplorasi ide, dan dorongan insting jurnalis mampu menghasilkan karya berkualitas dan membentuk identitas Metro TV. Sebuah misi yang kemudian menjadi tagline Knowledge to Elevate.

Ditemani semangkuk siomay Erwin bercerita sejarah panjang Metro TV. Mulai dari dirinya memilih bergabung dengan Metro TV, Metro TV resmi mengudara dan membuat geger, betapa matangnya blueprint siaran dan struktur kerja disusun, hingga dipercaya untuk membangun divisi dokumenter di stasiun televisi baru. 
 

Tergoda iklan 'stasiun berita pertama di Indonesia'

Erwin bercerita bagaimana ia akhirnya bisa berlabuh di Metro TV. Tempatnya bekerja hingga 25 tahun. Informasi Surya Paloh, tokoh pers terkemuka lewat koran Media Indonesia, menyatakan akan mendirikan televisi berita pertama di Indonesia.

Publik sontak geger. Tak terkecuali insan media. Erwin yang saat itu bekerja di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia langsung tergoda berpindah sekoci saat iklan dua halaman muncul di Media Indonesia dua minggu berturut-turut.

"Di situ muncul iklan pertama kali 'stasiun berita pertama di Indonesia'. Jadi akan hadir televisi berita di Indonesia, itu menghebohkan," kata Erwin mengenang kejadian sekitar tahun 2000-an tersebut kepada Metrotvnews.com
Dengan senyum merekah, mengenang masa lalu, dia kemudian menceritakan bagaimana wawancaranya dengan tokoh pers ternama Indonesia, Andy F Noya. Tak lupa ia menceritakan negosiasinya untuk jabatan yang dipilih. Malangnya saat Erwin berharap bisa naik kelas dari reporter menjadi asisten produser, personel perekrutan Metro TV menyebut jabatan yang Erwin inginnya tidak ada. Hanya ada tingkat produser.

"Jadi saya benar-benar mulai dari reporter. Setelah itu pas masuk, saya diterjunkan -terjerumus malah- ke program namanya Metro Realitas," kata Erwin sembari tertawa lepas.


Erwin Setiawan saat masih aktif di berbagai program news magazine Metro TV. Dok. Pribadi
 

Wajah khas Metro TV

Erwin mengaku sangat merasakan sulitnya membangun televisi berita pertama di Indonesia. Beruntung, pemilik Metro TV bukanlah pemain baru di bisnis media.

Dia mengatakan, sebagian besar personel awal Metro TV merupakan jurnalis dari media lain milik Surya Paloh, seperti Media Indonesia dan Lampung Post, yang dikonsolidasikan untuk membentuk embrio Metro TV. Tak sedikit jurnalis senior dan pakar dari berbagai bidang dilibatkan. 

Studio terintegrasi juga sudah mulai dirancang bahkan sebelum siaran perdana, dengan semangat menggabungkan televisi berita dan produksi program mendalam.

Dalam proses itu, Erwin menjadi bagian dari tim yang mengembangkan deretan program gaya news magazine di Metro TV. Format yang saat itu relatif baru di televisi Indonesia. Ia bersama rekan-rekannya, seperti George Kamarullah (sineas ternama Indonesia) sebagai kameramen hingga deretan jurnalis senior Media Indonesia, menggarap berbagai tayangan berbasis liputan mendalam dan dokumenter.

Pada 2002, departemen baru bernama News Magazine dibentuk di Metro TV. Program dokumenter dan penggalian mendalam seperti Metro Files, Expedition, hingga Oasis lahir dari tangan mereka. Program News Magazine ini kemudian menjadi fondasi bagi gaya bercerita Metro TV yang kuat secara visual, faktual, dan emosional.

"Setiap penayangannya Metro Realitas bikin geger. Banyak temuan baru yang menghebohkan. Tapi karena waktu itu program investigasi belum banyak, banyak juga pihak yang takut," kata Erwin dengan senyum lebar.

Menurut Erwin, setiap program memiliki tantangan tersendiri. Terutama dalam hal penggalian isu dan kekuatan gambar. Keberhasilan Metro TV dan berbagai program khas di masa-masa awal ini tak lepas dari solidnya tim lapangan yang mampu bekerja dalam kondisi ekstrem.

"Tim saya itu kameramennya gambarnya bagus-bagus, beauty shot-nya kuat. Editornya juga canggih. Rata-rata mereka bisa kegiatan outdoor, manjat gunung, nyelam, naik tebing. Itu sangat mendukung kerja kami,” ujar Erwin.
Kekompakan itu menjadi kunci kekuatan Metro TV, yang kemudian dikenal lewat program magazine dengan standar produksi tinggi.

"Program-program magazine-nya Metro TV jadi barometer dan patokan orang-orang TV-TV lain," lanjut Erwin.
 

Penghargaan bukan yang utama

Kualitas program yang sangat tinggi banyak mengantarkan penghargaan bagi tim news magazine, baik dari dalam maupun luar negeri. Metro TV pernah meraih apresiasi dari ajang Asia TV Award, Asia Pacific Broadcast Union (ABU), hingga Piala Vidya FFI untuk episode Soe Hok Gie di Metro Files.

"Bahkan Metro Realitas jadi benchmark liputan investigasi media lain. Salah satu contohnya waktu kita angkat kasus Bank Indover di Belanda, sampai menghebohkan sana," kata Erwin bangga.


Erwin Setiawan (kedua dari kiri) bersama rekan-rekan dalam salah satu ajang pernghargaan. Dok. Pribadi

Namun, piala bukan hal yang paling berkesan bagi Erwin. 'Penghargaan' terbaik yang diterimanya justru pengalaman unik di lapangan. Dia pun menceritakan dua pengelamannya yang paling berkesan sepanjang karier di Metro TV.

Pertama, keterlibatannya dalam Sail Bunaken 2009. Tayangan ini hasil kerja sama antara Metro TV, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan Angkatan Laut TNI. Dalam acara itu, ribuan penyelam memecahkan rekor MURI dengan pengibaran bendera merah putih di bawah laut.

Metro TV juga menjadi stasiun televisi pertama di dunia yang menyiarkan langsung pengibaran bendera dari dasar laut.

“Presenter kami, Prita Laura, ikut nyelam dan melaporkan langsung pengibaran bendera dari bawah laut dengan helm khusus,” kenang Erwin.

Lebih dari 35 anggota tim terlibat dalam siaran langsung tersebut. Kegiatan yang bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan ini menjadi bukti nyata kerja keras dan kerja sama tim yang sangat luar biasa. 

Pengalaman keduanya tak kalah menegangkan ialah siaran langsung pelepasliaran Harimau Sumatra di kawasan Tambling, Lampung. Kegiatan ini bekerja sama dengan Artha Graha. Bahkan, Tommy Winata selaku bos Artha Graha ikut terlibat dalam tayangan ini.

“Kameramen harus punya nyali besar. Takutnya harimau balik arah, nyerang. Tapi syukurlah enggak kejadian,” kata Erwin diiringi tawa lepas.

Siaran itu menampilkan wawancara eksklusif dengan Tommy Winata dalam bahasa Mandarin oleh jurnalis Catherine Keng. “Itu pengalaman pertama dan mungkin satu-satunya di dunia, siaran langsung pelepasan harimau ke alam bebas,” ujar Erwin.

Bagi Erwin, program-program tersebut bukan sekadar tontonan, melainkan hasil kerja kolaboratif antara kru yang tangguh dan ide yang berani. Ia menyebut para jurnalis Metro TV pada masa itu punya semangat menjelajah dan berinovasi yang kuat. 

Seluruh kru Metro TV berusaha menembus batas teknis demi menghadirkan cerita tentang Indonesia dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Surya Perkasa)