Babak Belur Kemarin, Rupiah Balik Pukul Mundur Dolar Pagi Ini

Rupiah. Foto: Metrotvnews.com/Husen.

Babak Belur Kemarin, Rupiah Balik Pukul Mundur Dolar Pagi Ini

Husen Miftahudin • 24 June 2025 10:01

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami penguatan signifikan setelah kemarin babak belur.

Mengutip data Bloomberg, Selasa, 24 Juni 2025, rupiah pada pukul 09.41 WIB berada di level Rp16.375,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 116,5 poin atau setara 0,71 persen dari Rp16.492 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.479 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan menguat.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.450 per USD hingga Rp16.500 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis harian.
 

Baca juga: Dolar AS Ambruk 'Dipukul' Sejumlah Mata Uang Utama Dunia
 

Konflik Timur-Tengah


Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi sentimen pasar yang mencerna serangan AS terhadap situs nuklir Iran selama akhir pekan, yang menandai eskalasi yang berpotensi mengerikan dalam konflik Timur Tengah, menandai masuknya AS secara resmi ke dalam konflik Israel-Iran yang baru.

Presiden AS Donald Trump mengklaim serangan itu telah menyebabkan kerusakan monumental dan telah memusnahkan fasilitas tersebut, meskipun hal ini tidak dapat segera diverifikasi. Investor sekarang mengamati bagaimana Teheran akan menanggapi serangan itu.

"Titik fokus utama adalah Selat Hormuz, jalur pelayaran utama untuk Asia dan Timur Tengah, yang dapat diblokir oleh Teheran," ujar Ibrahim.

Laporan media Iran mengatakan Teheran sedang mempertimbangkan langkah tersebut. Blokade di selat tersebut akan sangat mengganggu pengiriman minyak dan gas ke beberapa wilayah Asia dan Eropa, yang dapat menyebabkan gangguan ekonomi yang lebih besar di kawasan tersebut.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Indonesia khawatir harga minyak naik


Dari dalam negeri, lanjut Ibrahim, pasar terus merespons negatif kondisi global yang terus meningkat akibat eskalasi di Timur Tengah terus memanas setelah AS ikut Bersama Israel melakukan penyerangan terhadap fasilitas Nuklir Iran, yang membuat harga minyak mentah melambung tinggi.

"Harga minyak sangat mudah terpengaruh oleh dinamika geopolitik. Kondisi ini mengancam stabilitas pasokan minyak global dan inflasi yang akan meningkat," papar dia.

Indonesia saat ini mengimpor minyak mentah diperkirakan satu juta barel per hari untuk memenuhi kebutuhan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Ancaman terbesar dari konflik ini terhadap ekonomi Indonesia berasal dari potensi lonjakan harga minyak dunia.

"Indonesia bukan lagi eksportir minyak bersih, sehingga setiap kenaikan harga minyak mentah secara langsung berdampak pada biaya impor dan tekanan terhadap neraca perdagangan," jelas dia.

Kemudian, pelemahan rupiah dianggap akan membawa implikasi fiskal yang cukup serius, terutama terhadap beban subsidi pemerintah. Saat harga minyak dunia naik dan rupiah melemah, maka harga keekonomian bahan bakar minyak (BBM) otomatis melonjak.

Padahal, apabila pemerintah mempertahankan harga BBM bersubsidi tetap seperti pertalite dan solar, selisih antara harga pasar dan harga jual harus ditanggung oleh anggaran pendapatan belanja negara (APBN) dalam bentuk tambahan subsidi energi, sehingga defisit anggaran akan melebar.

Selain itu, Bank Indonesia terus melakukan intervensi transaksi NDF di pasar luar negeri serta transaksi spot, DNDF di pasar domestic. Strategi ini disertai dengan pembelian SBN di pasar sekunder untuk menjaga stabilitas di pasar keuangan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)