Ilustrasi. Foto: dok BTN.
Ade Hapsari Lestarini • 10 October 2025 18:00
Jakarta: Seiring pesatnya perkembangan era digital dan media sosial, muncul berbagai istilah baru yang memperkaya cara kita berkomunikasi. Salah satu istilah yang paling sering terdengar dalam konteks finansial adalah "3 digit", yang kerap digunakan dalam percakapan jual-beli hingga negosiasi gaji.
Meski sangat populer dan digunakan oleh banyak orang, istilah ini seringkali menimbulkan pertanyaan mengenai nilai pastinya. Memahami maknanya secara tepat menjadi kunci penting agar tidak terjadi salah tafsir yang dapat berujung pada kerugian atau kesalahpahaman.
Asal usul dan popularitas istilah
Kata "digit" berasal dari bahasa Latin digitus, yang berarti jari. Dalam perkembangan bahasa modern, "digit" digunakan untuk menunjukkan angka dari 0 sampai 9. Menurut penjelasan di situs
Finansialku, istilah "3 digit" muncul sebagai cara ringkas untuk menyebut angka besar tanpa perlu menuliskannya secara lengkap.
Popularitas istilah ini meningkat seiring dengan tren media sosial, yakni banyak orang ingin membagikan pencapaian
finansial atau membahas penghasilan tanpa terlihat terlalu terbuka. Penggunaan istilah "3 digit" pun menjadi bentuk komunikasi yang dianggap lebih halus dan aman secara sosial.
Dua makna istilah 'digit' yang perlu diketahui
Sebelum populer sebagai bahasa finansial, istilah "digit" memiliki makna harfiah atau literal yang merujuk pada jumlah angka dalam suatu bilangan. Pemahaman dasar ini penting untuk membedakan penggunaannya dalam konteks matematika dan percakapan informal sehari-hari.
Secara harfiah, pengelompokan nilai berdasarkan jumlah digitnya adalah sebagai berikut:
- 1 Digit: Merepresentasikan satuan (nilai 0 - 9).
- 2 Digit: Merepresentasikan puluhan (nilai 10 - 99).
- 3 Digit: Merepresentasikan ratusan (nilai 100 - 999).
- 4 Digit: Merepresentasikan ribuan (nilai 1.000 - 9.999).
- 5 Digit: Merepresentasikan puluh ribuan (nilai 10.000 - 99.999).
- 6 Digit: Merepresentasikan ratus ribuan (nilai 100.000 - 999.999).
- 7 Digit: Merepresentasikan jutaan (nilai 1.000.000 - 9.999.999).
- 8 Digit: Merepresentasikan puluhan juta (10.000.000 - 99.999.999).
- 9 Digit: Merepresentasikan ratusan juta (100.000.000 - 999.999.999).
Namun, dalam percakapan sehari-hari, makna harfiah ini mengalami pergeseran dan penyederhanaan menjadi bahasa populer. Istilah "digit" dalam konteks finansial tidak lagi menghitung jumlah total angka, melainkan digunakan sebagai kode untuk rentang nilai tertentu yang lebih besar, seperti yang akan dibahas berikut ini.
Makna "3 digit” dalam bahasa kekinian
Secara umum, "digit" berarti jumlah angka dalam suatu bilangan. Namun, ketika digunakan untuk menyebut penghasilan, istilah "3 digit" merujuk pada jumlah uang dalam ratusan juta rupiah. Berdasarkan informasi dari beberapa sumber seperti
Finansialku dan
Edufund, gaji atau penghasilan "3 digit" berada pada kisaran Rp100 juta hingga Rp999 juta per bulan atau per tahun, tergantung konteks pembicaraannya.
Istilah ini sering digunakan oleh kalangan profesional atau pengusaha untuk menggambarkan pencapaian finansial tanpa perlu menyebut nominal pasti. Selain itu, istilah ini juga menjadi simbol status ekonomi tinggi, mengingat jumlah penghasilan tersebut tergolong besar untuk ukuran rata-rata masyarakat Indonesia.
Ambiguitas dan kelemahannya
Meski praktis, istilah "3 digit" memiliki kelemahan utama, yaitu sifatnya yang tidak spesifik. Rentang antara Rp100 juta hingga Rp999 juta terlalu luas, sehingga bisa menimbulkan tafsir yang berbeda. Seseorang dengan penghasilan Rp120 juta jelas berada di level berbeda dengan yang berpenghasilan Rp900 juta, meskipun keduanya sama-sama disebut "3 digit".
Untuk menghindari kesalahpahaman, para ahli keuangan menyarankan agar seseorang menyebutkan nominal secara lebih jelas atau menggunakan istilah alternatif seperti "ratusan juta
rupiah", "gaji di atas Rp100 juta", atau "penghasilan antara Rp100 juta hingga Rp999 juta".
Dalam konteks profesional, kejelasan informasi mengenai nominal penghasilan dapat meningkatkan transparansi dan kepercayaan. Menggunakan istilah yang terlalu umum seperti "3 digit" terkadang dapat menimbulkan persepsi berlebihan atau salah tafsir, terutama dalam pembicaraan yang berkaitan dengan laporan keuangan atau kesepakatan bisnis.
Selain itu, menyebutkan nominal secara langsung juga menunjukkan keterbukaan dan profesionalisme, dua hal yang sangat dihargai dalam dunia kerja modern. Dalam konteks resmi, penyebutan nominal secara langsung jauh lebih disarankan agar informasi tersampaikan dengan akurat dan tidak menimbulkan kebingungan. (
Daffa Yazid Fadhlan)