Gegara Trump, Ruang Fed Sunat Suku Bunga Makin Terbatas

Gedung The Fed. Foto: Xinhua/Ting Shen.

Gegara Trump, Ruang Fed Sunat Suku Bunga Makin Terbatas

Naufal Zuhdi • 19 February 2025 09:50

Jakarta: Ekonom senior sekaligus Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Chatib Basri menyebutkan saat ini ruang bagi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) semakin terbatas.
 
Chatib menjelaskan, hal tersebut lantaran karena potensi meningkatnya inflasi di AS akibat tiga kebijakan Presiden AS Donald Trump, yang diperkirakan akan berdampak pada perekonomian global, termasuk Indonesia.
 
Kebijakan pertama yaitu penerapan tarif terhadap impor di AS. Chatib mengatakan, sebanyak 52 persen bahan baku dan barang modal industri manufaktur AS berasal dari impor.
 
Maka dari itu, apabila Trump meningkatkan tarif impor, Chatib menegaskan hal tersebut akan berimplikasi terhadap naiknya biaya produksi di AS.
 
"Impact yang pertama adalah higher inflation. Di dalam kondisi higher inflation ini, saya melihat bahwa kemungkinan dari The Fed untuk menurunkan bunga itu menjadi relatif kecil," ucap Chatib di acara SMBC Indonesia Economic Outlook 2025, Jakarta, dikutip Rabu, 19 Februari 2025.
 
Kebijakan kedua, sambung dia, adalah kebijakan pemotongan pajak (tax cut). Chatib menilai, kebijakan ini akan mengakibatkan defisit anggaran AS akan meningkat, sehingga harus dibiayai dengan mengeluarkan surat utang (bond).
 
"Akibatnya, supply bond-nya akan meningkat. Kalau supply bond-nya akan meningkat, maka harganya akan turun, maka yield-nya akan naik. Di dalam kondisi ini, semakin sulit bagi The Fed untuk menurunkan bunga," ungkap Chatib.
 
Kebijakan ketiga, yakni kebijakan deportasi di AS yang sudah mulai dilakukan oleh pemerintahan Trump, terutama pada pekerja yang tidak terdokumentasi (Undocumented Workers).
 
"Sehingga kalau kemudian kelompok ini (undocumented workers) dideportasi, maka dia harus diisi oleh kelompok lain yang tingkat upahnya lebih tinggi. Maka implikasinya adalah inflasi di Amerika akan mengalami peningkatan karena pasar dari tenaga kerjanya, supply-nya berkurang," tutur dia.
 

Baca juga: Luhut Terawang Kebijakan Proteksionis AS Bisa Bikin Ekonomi RI Nambah 0,8%


(Gedung The Fed. Foto: Unsplash)
 

Bukan turun, Fed malah bisa kerek suku bunga

 
Dengan melihat kondisi-kondisi tersebut, Chatib menyatakan The Fed akan memiliki potensi yang kecil untuk menurunkan suku bunga acuan. Bahkan, justru bisa menaikkan suku bunganya kembali.
 
"Jika tingkat bunga di Amerika mengalami peningkatan, maka akan berhadapan dengan kondisi di mana strong dollar terjadi. Jadi, nilai tukar dari dolar AS akan mengalami peningkatan. Ini sudah mulai terlihat sekarang di rupiah kita di sekitar Rp16.300," beber Chatib.
 
Kendati demikian, Chatib mengungkapkan apabila seluruh bank sentral di dunia sedang membuat kebijakan moneter yang justru bertentangan dengan the Fed, maka nilai tukar mata uang negara yang membuat kebijakan bertentangan dengan The Fed akan mengalami pelemahan terhadap dolar AS.
 
"Jadi, opsi dari Bank Indonesia kalau dia mau melakukan independent monetary policy dengan menurunkan nilai tukar, menurunkan tingkat bunga, maka implikasinya nilai tukarnya akan mengalami pelemahan," terangnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)