Patrick Pinaria • 11 September 2023 08:41
Tangerang: Perkebunan Indonesia Expo (Bunex) 2023 resmi dibuka pada Kamis, 7 September 2023. Kegiatan pameran perkebunan yang diselenggarakan kedua kali ini diinisiasi Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan).
Bunex 2023 digelar di Hall 3 ICE-BSD Tangerang selama tiga hari, mulai dari tanggal 7 hingga 9 September 2023. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, (Mentan SYL) hadir membuka acara Bunex kali kedua, dan dihadiri sejumlah tamu penting.
Pada kesempatan itu, Mentan SYL, menjelaskan Bunex 2023 digelar untuk mempertemukan tiga unsur, yakni pemerintah, pengusaha perkebunan, dan para pekebun. “Ketiga unsur tersebut berkonsolidasi untuk kemajuan perkebunan di Tanah Air. Jadi tiga unsur ini berkonsolidasi. Bunex ini konsolidasi nasionalisme dan idealisme harus terjadi, seperti apa kita menghadapi kepentingan perkebunan, kemampuan perkebunan untuk menyelamatkan, menyangga, dan menghidupkan bangsa yang makin baik dan kokoh," ujar Mentan SYL.
Mentan SYL menambahkan, yang kedua dari Bunex, karena semua unsur terwakili dan berbagai hal harus dibicarakan konsepsi yang seperti apa, yang mempertajam konsepsi kita ke depan. Berarti ada konsolidasi program. Misalnya peremajaan sawit. Harus seperti apa? Mengambil benih sawit itu di mana? Bagaimana bisa menjamin benih itu bukan benih yang mandul atau benih asalan? Nah itu harus dibicarakan di forum ini," lanjutnya.
Selain itu penyelenggaraan Bunex 2023 juga menjadi ajang evaluasi perkembangan perkebunan, terutama dalam setahun terakhir.
"Yang mana yang salah, yang mana yang kurang, harus kita benahi. Pastilah dalam satu tahun ada yang tentu berat, ada yang ringan, ada salah penempatan, dan lain-lain. Itu belajarnya di Bunex kedua ini," kata Mentan SYL.
Bunex 2023 menjadi pameran perkebunan kali kedua yang digelar Ditjen Perkebunan Kementan. Sebelumnya, Bunex pertama diselenggarakan pada tahun 2022. Bunex terbukti memberikan dampak yang cukup positif terhadap perkebunan di Tanah Air, terutama dari sisi ekspor. Usai digelar Bunex tersebut, ekspor hasil perkebunan di Indonesia bisa tembus mencapai Rp. 100 triliun.
Melihat situasi ini, Mentan SYL optimis menatap ekspor perkebunan tahun ini. Ia pun berharap ekspor pada tahun ini bisa mencapai Rp.200 triliun berkat kehadiran Bunex 2023.
"Simbolnya itu harus lebih maju. Berarti harus lebih meningkat, harus lebih mendirikan bangsa. Yang ketiga harus lebih modern dari pengolahannya. Oleh karena itu, sistem digital, intervensi mekanisasi harus dilakukan. Kalau ini sudah dilakukan peningkatan dua kali lipat, tiga kali lipat menjadi sesuatu yang pasti. Kalau kemarin Rp.100 triliun, di sini harus Rp.200 triliun. Ini tinggal komitmen dan tentunya butuh kolaborasi semua pihak demi memperkuat perkebunan Indonesia," kata Mentan SYL.
Pada Bunex 2023, Ditjen Perkebunan juga memperkenalkan aplikasi Bank Benih Perkebunan (BabeBUN). Aplikasi ini diharapkan bisa memudahkan pekebun mengakses benih, terutama memperoleh benih unggul kelapa sawit.
"Tetapi, benih-benih harus berkualitas. Kalau benih berkualitas itu membutuhkan sebuah proses. Tidak begitu saja kita dapat benih. Harus dikawal, harus dikonsepsi, harus diawasi, dan lain-lain. Itu salah satu terobosan oleh Dirjen Perkebunan untuk mempersiapkan lebih banyak benih, pasti banyak yang tanam. Kalau benihnya yang kurang, apalagi tidak berkualitas hasilnya pasti tidak baik," katanya.
Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) perkebunan pada triwulan II-2023 meningkat sebesar 3,71 persen atau Rp 207,92 triliun dari 2022. Kontribusi PDB perkebunan untuk sektor pertanian juga meningkat sebesar 37,16 persen. Peningkatan tersebut dihasilkan dari aktivitas produksi kelapa sawit, karet, kopi, aren, kakao, dan lainnya.
Pencapaian nilai ekspor impor perkebunan hingga triwulan II-2023 juga meningkat 4,27 persen pada Januari-Juni, yakni dari Rp 43,66 triliun menjadi Rp 47,93 triliun dengan kontribusi tertinggi sebesar 78,55 persen berasal dari kelapa sawit.
"Capaian ini sebagai bukti bahwa roda pemulihan ekonomi terus bergerak di tengah kondisi ekonomi global yang memburuk. Pada 2013, ekspor komoditas perkebunan kelapa sawit, karet, kakao, kelapa, dan kopi melonjak tinggi. Hal ini menunjukkan komoditas perkebunan berpotensi besar sebagai sumber devisa negara," kata Mentan SYL.
Pasca pandemi covid-19, muncul tantangan baru bagi Indonesia yaitu ancaman El Nino yang menimbulkan kekeringan dan cuaca panas hingga mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan.
Mentan SYL menjelaskan, Indonesia harus tetap mempersiapkan diri dalam menghadapi ancaman El Nino melalui langkah strategis dan komitmen bersama untuk menguatkan ketahanan pangan.
"Harus dilakukan identifikasi dan mapping lokasi terdampak kekeringan, serta mengkategorikan zona merah, kuning, dan hijau di wilayah yang terdampak. Selain itu perlu dipercepat penanaman untuk mengejar sisa hujan, peningkatan ketersediaan alsintan dan air melalui pembangunan embung, parit, sumur, rehabilitasi, dan pompanisasi," ujar Mentan SYL.
Pemerintah juga dinilai perlu menyediakan benih tahan kekeringan dan melakukan upaya pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT), serta menjalankan program 1.000 hektare (ha) untuk mitigasi dampak El Nino melalui Gerakan Nasional (Gernas) El Nino di 10 provinsi dan 100 kabupaten.
Gernas dilaksanakan dengan melakukan penanaman di 500.000 ha, mengembangkan pupuk organik mandiri, mendukung pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR) dan asuransi pertanian, serta menyediakan lumbung pangan di tingkat desa.
Sebanyak 99,29 persen masyarakat mengembangkan komoditas perkebunan kopi, kelapa, kakao, dan aren. Oleh karenanya, komoditas perkebunan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam menghadapi krisis pangan dan El Nino.
Sementara itu Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Andi Nur Alam Syah menjelaskan bahwa Bunex merupakan dedikasi untuk insan perkebunan Indonesia, untuk menguatkan sektor perkebunan di Indonesia.

Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Andi Nur Alam Syah (Foto:Medcom.id/Sharon Elvire)
“Mengingat perkebunan merupakan salah satu sumber devisa negara yang turut menyumbang karena PDB pertanian tumbuh sebesar 14,28 pada triwulan kedua tahun ini. Komoditas kelapa sawit yang tadi seperti ditekankan oleh Mentan Pertanian menjadi salah satu terunggul di antara benih komoditas lainnya,” katanya.
Andi Nur menambahkan, pemerintah terus berupaya meningkatkan nilai tambah produk perkebunan untuk menyejahterakan para petani maupun pekebun.
"Salah satu upaya meningkatkan nilai tambah adalah dengan menyediakan benih perkebunan yang unggul dan berkualitas melalui nursery komoditas perkebunan," kata Andi Nur.
Ia menjelaskan, adapun produk hilirisasi yang dijalankan Ditjenbun meliputi Kopi Java Preanger Lestari Mandiri di Bandung, Atar Aroma Atsiri di Purwakarta, Gula Aren Hariang di Lebak, Gula Kelapa di Purbalingga, Kelorina-Moringa Organis Indonesia di Blora, Kakao Kolut Madai di Kaloka Utara, dan Kopi Kopinta di Tana Toraja.
"Produk-produk tersebut sebagai wujud nyata kualitas perkebunan nonsawit berskala ekspor berdampak langsung terhadap pekebun. Pemerintah sedang fokus mendorong pekebun untuk menghasilkan beragam produk membanggakan yang berkualitas baik, bermutu, dan berdaya saing," kata Andi Nur.
Setiap tahunnya, pemerintah terus berupaya membina dan meningkatkan kemampuan atau keahlian para pekebun, salah satunya melalui kegiatan pelatihan, bimbingan teknologi dan bantuan alat pengolahan kepada kelompok tani (poktan), agar para pekebun dapat menerapkannya saat melakukan kegiatan baik dari hulu hingga ke hilir.
"Pemerintah terus mendorong petani maupun pekebun untuk menghasilkan produk yang bermutu agar terbentuk kelembagaan petani yang secara bertahap menjadi sebuah korporasi di sektor perkebunan. Oleh karenanya, kami terus memperkuat komoditas perkebunan, terutama pengembangan gula berbasis nontebu, seperti stevia, aren, lontar, dan kelapa sebagai naungan kakao," tambahnya.
Promosi Produk Turunan Kelapa Sawit
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Edy Abdurrachman ditemui di Bunex 2023 menjelaskan, Bunex 2023 merupakan salah satu upaya untuk mempromosikan produk-produk perkebunan, termasuk turunan kelapa sawit.
Pemerintah berkolaborasi dengan BPDPKS mengembangkan perkebunan khususnya kelapa sawit dengan menggunakan dana dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
“Dana tersebut digunakan untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) perkebunan kelapa sawit, melakukan penelitian, mempromosikan, dan meremajakan sarana dan prasarana perkebunan kelapa sawit. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan, hilirisasi, serta penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati jenis biodiesel di industri kelapa sawit,” kata Edy.
Adapun program yang dijalankan BPDPKS untuk realisasi pengembangan kelapa sawit dilaksanakan lewat program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) serta pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan sarana prasarana. Semuanya dilakukan guna meningkatkan kesejahteraan pekebun.
BPDPKS telah berkontribusi sejak 2015 dengan memberikan total pendanaan sebesar Rp8 triliun untuk memajukan kelapa sawit di Indonesia. Pada 2023, BPDPKS berkolaborasi dengan Ditjenbun merencanakan target anggaran sebesar Rp5,4 triliun untuk mendorong kemajuan kelapa sawit di Indonesia.
Direktur Utama BPDPKS Edy Abdurrachman (Foto:Medcom.id/Sharon Elvire)
Bunex 2023 juga akan dirilis aplikasi Babebun yang nantinya akan menghimpun 1 juta benih perkebunan untuk disebarkan ke seluruh wilayah Indonesia.
Tekankan Pentingnya Komoditas Sawit
Perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu sektor perkebunan yang ingin diperkuat oleh Ditjen Perkebunan Kementan. Sektor itu pun masuk dalam pembahasan Focus Group Discussion (FGD) pada hari kedua Bunex 2023.
Perkebunan kelapa sawit menjadi pembahasan penting lantaran sawit menjadi salah satu penyumbang devisa negara yang menunjang perekonomian Indonesia. Karena itu, Ditjen Perkebunan saat ini bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk makin memperkenalkan sektor sawit.
"Event ini adalah merupakan salah satu langkah dari pemerintah, untuk mengangkat kembali produk-produk perkebunan termasuk didalamnya sawit yang termasuk suatu komoditas strategis yang banyak memberikan konstribusi terhadap perkembangan perkebunan Indonesia," ujar Eddy Abdurrachaman selaku Direktur Utama BPDPKS.
BPDPKS sudah melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan industri kelapa sawit dengan mengembangkan sejumlah program seperti peremajaan sawit rakyat, pengembangan sumber daya manusia, dan sarana prasarana. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas pekebun kelapa sawit di sektor hulu.
Kontribusi BPDPKS dalam sektor perkebunan di Indonesia terbilang besar. Dalam delapan tahun terakhir, BPDPKS sudah menyalurkan Rp8 triliun untuk membantu para pekebun lokal.
Sementara itu, khusus tahun ini, BPDPKS bersama Ditjenbun kembali mengalokasikan dana sebesar Rp5,4 triliun. Pengalokasian dana tersebut nantinya akan digunakan untuk menyokong penangkaran benih dengan varietas unggul hingga
replanting atau peremajaan bagi tanaman kelapa sawit.
"Semoga terserap, sekarang tinggal seperti apa, untuk bisa ikut program ini berdasarkan peraturan Mentan, ada persyaratannya. Sepanjang bisa dipenuhi para pekebun tadi koperasi dan sebagainya mengusulkan, akan menerbitkan rekomendasi teknis. BPDPKS menyalurkan 5 triliun untuk tahun ini," kata Eddy.
"BPDPKS bekerja sama dengan Dirjen Perkebunan untuk program-program pembenihan, bagaimana cara pengelolaan benih baik dilakukan. Lembaga penangkar sudah sosialisasikan kepada mereka supaya bisa melakukan pembenihan dengan baik akan diatur penyalurannya kepada kelompok pekebun sawit lainnya yang mengikuti program replanting tadi," tambahnya.
Upaya Ditjenbun dan BPDPKS dalam mengembangkan industri sawit mendapat apresiasi dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). Ketua Umum GAPKI Eddy Martoni pun menyatakan dukungan terhadap BPDPKS yang memperkenalkan produksi turunan sawit dalam FGD pada hari kedua Bunex 2023.
"GAPKI sebagai salah satu exhibitor di sini karena kita ingin menunjukkan GAPKI berbuat apa. Bukan hanya di dalam booth pameran saja. Kami juga mendukung dan terlibat berkontribusi aktif pada program peremajaan sawit dan menyejahterakan masyarakat, termasuk menyehatkan masyarakat," kata Eddy Martoni.
Bukan hanya itu. GAPKI juga mendukung aplikasi Bank Benih Perkebunan (BabeBUN) yang diluncurkan Ditjenbun pada Bunex 2023. Sebagai bentuk dukungan, GAPKI bersedia membantu Ditjenbun dalam pengembangan BabeBUN.
“Semua benih yang beredar harus berkualitas dan bersertifikat. Oleh karena itu, kita harus mengontrol, kita tidak melepas benih kita apabila tidak bersertifikat, karena benih itu menentukan, benih 25 tahun kalau yang palsu itu bagaimana, benih dapat mempengaruhi kualitas hasil," kata Eddy.
"Dari sertifikat, utamanya sertifikat barangnya benar enggak dari produsen yang benar-benar ada pengawasan? Kalau bermitra kita yang mengontrol, kita melakukan pembenihan, mengontrol itu," sambungnya.
Berjalan Sukses hingga Hari Ketiga
Berbagai kegiatan dan pameran menarik lainnya diperlihatkan sepanjang gelaran Bunex 2023 yang berlangsung selama tiga hari, di antaranya memperlihatkan ragam produk dan teknologi perkebunan.
Penyelenggaraan Bunex juga mendapat sambutan positif dari para pelaku usaha perkebunan termasuk pekebun hingga masyarakat. Mereka merasa sangat terbantu Bunex karena menjadi titik pertemuan antar pelaku usaha dan pembeli baik di level lokal maupun luar negeri.
Salah satu keuntungan dari Bunex 2023 dirasakan UMKM De Vanilla. Mereka yang sudah mengikuti dua kali pameran ini merasa terbantu lantaran pasar produk vanilinya bisa masuk ke mancanegara.
"Pasar kita diekspor di Jepang. Untuk program turunan, kita coba kenalkan di lokal dulu, karena masyarakat kita belum mengenal vanila mereka kenal sintetis. Kita coba kenalkan yang natural untuk berbagai hal," kata Magdalena, pegiat usaha De Vanila.
"Sebulan sekali ke Jepang kerja sama dengan UMKM, bisa menyerap 100-200 kg per bulan, lokal sama. Itu kita kolaborasi," sambungnya.
Pada kegiatan Bunex ke 2 tahun 2023, dilakukan penandatanganan MoU para UKM binaan perkebunan dengan para
offtaker, senilai total Rp1.027.050.000.000, untuk produk kopi, kopra, kakao, dan briket arang kelapa untuk tujuan ekspor ke Kanada, Portugal, Jerman dan Timur Tengah, serta tentunya pasar domestik.
Pada acara
business matching ini, dilakukan penandatangan kesepakatan kerja sama atau MoU antara UKM binaan Direktorat Jenderal Perkebunan yaitu Caldera Coffee dengan Next Trader yang berlokasi di Lisbon, Portugal untuk penjualan biji kopi Arabika dan Robusta ke Eropa senilai Rp615 miliar per tahun, Legenda Java Sugar dengan PT Barco untuk penjualan kopra sebesar Rp96 miliar, kerja sama untuk kakao olahan dengan PT GWI sebesar Rp14,4 miliar dan Garuda Asia Nusantara sebesar Rp8,4 miliar per tahun, serta Tom Cococha Indonesia dengan Tom Cococha GMGH Jerman untuk penjualan arang briket kelapa ke pasar Jerman dan Timur Tengah senilai Rp292 miliar.
Diketahui bahwa dari tiga hari penyelenggaraan Bunex 2023 ini, total nilai keuntungan baik ekspor dan penjualan lokal yaitu Legenda Java Sugar Rp118.800.000.000, Caldera Rp615.750.000.000, Tomkokoca Rp292.500.000.000, sehingga total mencapai Rp1.027.050.000.000.
Penandatanganan MoU turut dihadiri perwakilan kedutaan besar mancanegara seperti kedutaan besar dari Filipina, Mozambic, Mesir, Kamboja, dan Kenya.
Kemudian ada Caldera yang berhasil menjalin kerja sama dengan Next Trader dari Portugal dalam bentuk ekspor Green Bean Coffe. Total nilai kerja sama tersebutmencapai Rp615 miliar.
"Jadi memang kerja sama Caldera dengan Portugal dalam bentuk
export green bean coffee untuk arabica dan robusta, kurang lebih sekitar 11 ribu ton. Ya, jadi memang sebelumnya sudah dihubungi dengan Kementerian Perkebunan (Ditjen Perkebunan, Kementan) terkait Bunex segera ditindaklanjuti kebutuhan MoU, dan sampai detik-detik MoU," kata perwakilan Caldera, Juliana.
Bunex 2023 diikuti 123 peserta yang terdiri atas 67 UMKM dan 56 perusahaan BUMN hingga mitra. Bukan hanya sekadar menampilkan expo tentang perkebunan, Bunex 2023 juga menggelar acara talkshow, FGD hingga
business matching yang bertujuan untuk mengangkat industri perkebunan Indonesia.
Selain itu, Bunex 2023 juga berhasil mencetak nilai ekspor Rp200 triliun. Situasi ini juga membuat Bunex 2023 diprediksi mampu meningkatkan produktivitas sektor perkebunan di Indonesia. Apalagi, hilirisasi perkebunan yang sedang digenjot Kementan sesuai dengan arahan Presiden RI Jokowi