Jokowi Was-was PMI Manufaktur Jeblok

Presiden Joko Widodo (Jokowi). Foto: Dok. Setpres

Jokowi Was-was PMI Manufaktur Jeblok

Fetry Wuryasti • 12 August 2024 12:14

Kalimantan Timur: Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung mengenai menurunnya angka Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang mulai harus diwaspadai.
 
Indeks manufaktur atau PMI Manufaktur Indonesia merosot ke level 49,3, berada pada level kontraksi pada Juli 2024 atau turun 1,4 poin dari bulan sebelumnya. Terakhir kali PMI Manufaktur Indonesia terkontraksi di bawah level 50 yaitu pada Agustus 2021 saat masa pandemi, berada di level 43,7.
 
"Kita tahu setelah PMI ekspansif selama 34 bulan berturut-turut, pada bulan Juli 2024, kita masuk ke level kontraksi. Ini agar dilihat betul, diwaspadai betul secara hati-hati," kata Presiden Jokowi mengingatkan, pada Sidang Kabinet Paripurna Perdana, di IKN, Kalimantan Timur, Senin, 12 Agustus 2024.
 
Beberapa negara tetangga di Asia juga mengalami kemerosotan PMI Manufaktur, seperti Jepang di level 49,2; Tiongkok di level 49,8; dan Malaysia di level 49,7.
 
Komponen indikator yang mengalami penurunan paling banyak berada di sektor produksi yang mengalami minus 2,6. Kemudian di sektor pesanan baru atau order baru minus 1,7 dan ketenagakerjaan atau employment berada di minus 1,4.
 
Presiden meminta agar dicari penyebab utamanya dan segera diantisipasi, karena penurunan PMI ini sudah terjadi sejak empat bulan terakhir.
 
"Betul-betul dilihat kenapa permintaan domestik melemah, bisa karena beban impor bahan baku yang tinggi karena fluktuasi rupiah, atau adanya juga serangan produk-produk impor yang masuk ke dalam negara kita," kata Jokowi.
 

Baca juga: Gegara Permintaan Domestik Melemah, PMI Manufaktur RI Terpeleset
 

Pecut belanja produk lokal

 
Presiden menekankan betapa pentingnya belanja produk lokal, penggunaan bahan baku lokal, dan juga perlindungan terhadap industri dalam negeri.
 
"Mungkin juga karena permintaan dari ekspor melemah. Ini karena terjadi gangguan rantai pasok atau perlambatan ekonomi terhadap mitra-mitra dagang utama. Sehingga kita harus bisa mencari pasar non tradisional dan potensi pasar baru ekspor," kata Presiden.
 
Dalam kesempatan tersebut, Presiden menyampaikan, di luar anggaran dari APBN, investasi yang masuk untuk pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara (IKN) sudah mencapai Rp56,2 triliun, dari 55 pembangunan investor yang sudah groundbreaking.
 
"Investasi yang masuk sudah Rp56,2 triliun, dari 55 yang sudah groundbreaking," kata Jokowi.
 
Rinciannya, dari sektor pendidikan ada enam, dari sektor kesehatan ada tiga, dari sektor ritel dan logistik ada 10. Kemudian dari sektor perhotelan ada delapan, dari sektor energi dan transportasi ada dua.
 
Dari sektor kantor dan perbankan ada 14. Lalu dari sektor hunian dan area hijau ada sembilan. Terakhir dari sektor media dan teknologi ada tiga.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)