Ilustrasi. Foto: Freepik.
Eko Nordiansyah • 19 September 2025 08:25
Houston: Harga minyak melemah pada Kamis, 18 September 2025, ditutup melemah karena para pedagang masih khawatir tentang prospek ekonomi AS sehari setelah Federal Reserve AS memangkas suku bunga untuk pertama kalinya tahun ini.
Dikutip dari Investing.com, Jumat, 19 September 2025, harga minyak mentah berjangka Brent turun 51 sen atau 0,8 persen menjadi USD67,44. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 48 sen atau 0,8 persen menjadi USD63,57.
The Fed memangkas suku bunga acuannya sebesar seperempat poin persentase pada hari Rabu dan mengindikasikan akan terus menurunkan biaya pinjaman selama sisa tahun ini, menanggapi tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja.
Biaya pinjaman yang lebih rendah biasanya mendorong permintaan minyak dan mendorong harga lebih tinggi.
"Mereka melakukan ini sekarang karena jelas ekonomi sedang melambat. The Federal Reserve sedang berusaha memulihkan pertumbuhan," kata Direktur Pelaksana di Onyx Capital Group Jorge Montepeque.
Baca juga:
Penambahan Impor BBM Dinilai akan Kuras Devisa |
Jumlah warga Amerika yang mengajukan aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran turun minggu lalu, membalikkan lonjakan minggu sebelumnya, tetapi pasar tenaga kerja telah melemah karena permintaan dan pasokan pekerja telah menurun.
Pembangunan rumah keluarga tunggal di AS anjlok ke level terendah hampir 2,5 tahun pada bulan Agustus di tengah kelebihan pasokan rumah baru yang tidak terjual, menunjukkan bahwa pasar perumahan dapat tetap menjadi hambatan ekonomi.
Kelebihan pasokan yang terus-menerus dan permintaan bahan bakar yang lemah di AS, konsumen minyak terbesar dunia, juga membebani pasar.
Stok minyak mentah AS turun tajam pekan lalu karena impor neto anjlok ke rekor terendah sementara ekspor melonjak ke level tertinggi hampir dua tahun, data dari Badan Informasi Energi (EIA) menunjukkan pada hari Rabu.
Namun, peningkatan stok distilat AS sebesar 4 juta barel, yang bertentangan dengan ekspektasi pasar sebesar 1 juta barel, menimbulkan kekhawatiran tentang permintaan di negara konsumen minyak terbesar dunia dan menekan harga.