Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Jawa Timur, dibakar massa aksi ricuh. Metrotvnews.com/ Amaludin
Surabaya: Polda Jawa Timur membongkar adanya grup WhatsApp beranggotakan sekitar 70 orang yang diduga menjadi motor penggerak kericuhan saat demonstrasi berujung bentrokan pada Sabtu, 30 Agustus 2025. Temuan ini terungkap setelah polisi memeriksa dua pelaku yang diamankan dalam insiden tersebut.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Jules Abraham Abast, menjelaskan bahwa hasil pemeriksaan ponsel kedua pelaku mengungkap percakapan di dalam grup yang berisi ajakan untuk menghadiri demonstrasi. Namun, ajakan itu bukan sekadar menyampaikan pendapat di muka umum, melainkan untuk memicu kerusuhan dan menyerang objek vital.
"Dari pemeriksaan dua pelaku, kami menemukan percakapan yang jelas-jelas mengajak melakukan unjuk rasa, bukan sekadar aksi damai, tetapi upaya menciptakan kekacauan dan kerusuhan,” kata Jules, Minggu, 7 September 2025.
Salah satu objek vital yang menjadi target adalah Gedung Negara Grahadi, ikon bersejarah sekaligus cagar budaya di Surabaya. Jules pun menyayangkan hal tersebut. "Gedung Grahadi adalah simbol perjuangan arek-arek Surabaya melawan penjajahan. Upaya penyerangan terhadapnya jelas tindakan anarkis,” tegas Jules.
Menurut Jules, terdapat sekitar 70 anggota dalam grup WhatsApp tersebut. Saat ini, penyidik masih menelusuri peran masing-masing anggota dan mendalami yang benar-benar terlibat dalam aksi rusuh.
Kelompok Serupa Juga Ditemukan di Daerah Lain
Tak hanya di Surabaya, pola serupa juga ditemukan di beberapa wilayah lain di Jawa Timur. Polda Jatim mencatat adanya kelompok kecil terorganisir yang memprovokasi kerusuhan di beberapa daerah, termasuk di Tulungagung dan Kediri.
"Di Tulungagung, kami menemukan indikasi yang sama. Bahkan, di Kediri Kota ada upaya pembakaran Mapolres oleh kelompok kecil yang sudah kami amankan,” ujar Jules.
Dari hasil pemeriksaan, lanjut Jules, mayoritas pelaku kericuhan pada 29-30 Agustus 2025 merupakan anak-anak di bawah umur. Mereka mengaku diajak melalui grup percakapan, dan sebagian besar terprovokasi oleh konten di media sosial. "Ada sebagian yang mengaku diajak. Ada pula yang terpengaruh provokasi di media sosial,” jelas Jules.
Polisi Buru Aktor Intelektual
Jules menyebut pihaknya kini fokus memburu aktor intelektual di balik kericuhan ini. Polisi mendalami kemungkinan adanya afiliasi kelompok perusuh dengan kode ACAB dan 1312 yang kerap muncul dalam narasi aksi-aksi anarkis.
"Kami akan terus mendalami siapa jaringan di balik massa perusuh ini. Jika ada keterkaitan dengan kelompok tertentu, kami tidak bekerja sendiri. Kami bersinergi dengan Pemprov Jatim, TNI, Satpol PP, tokoh agama, dan ormas untuk menuntaskan kasus ini,” pungkas Jules.