Rupiah. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.
Husen Miftahudin • 2 September 2025 18:04
Jakarta: Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat dan pelaku bisnis. Namun, kondisi ini justru membuka peluang investasi yang menguntungkan jika disikapi dengan strategi tepat.
Jenis investasi
Berikut rekomendasi instrumen investasi dan langkah antisipasi dari pakar ekonomi dan perbankan, dilansir dari laman
Bank DBS dan
Shafiq.
1. Tabungan dolar AS
Salah satu instrumen yang dinilai menguntungkan saat rupiah melemah adalah tabungan dolar AS. Mekanismenya, membeli dolar saat rupiah menguat lalu menjualnya kembali saat rupiah melemah. Keuntungan diperoleh dari selisih nilai tukar, sementara untuk mengurangi risiko, pakar menyarankan penggunaan strategi dollar
cost averaging.
2. Emas atau logam mulia
Emas atau logam mulia juga menjadi pilihan aman. Biasanya harga emas ikut menguat saat rupiah melemah, sehingga bisa dijual kembali ketika rupiah pulih. Instrumen ini cocok untuk investasi jangka panjang, minimal lima tahun, karena nilainya yang cenderung stabil dan menjadi aset lindung nilai atau
safe haven.
3. Obligasi Ritel Indonesia (ORI)
Obligasi Ritel Indonesia (ORI) turut direkomendasikan. Instrumen ini dijamin pemerintah dengan tingkat bunga tetap sekitar enam sampai tujuh persen per tahun serta potensi
capital gain. Pakar menilai diversifikasi pada ORI dengan tenor pendek satu hingga tiga tahun akan lebih likuid dan aman bagi investor.
(Ilustrasi tabungan dolar AS. Foto: Freepik)
Cara menyikapi pelemahan rupiah
Untuk menyikapi pelemahan
rupiah, masyarakat diminta lebih bijak dalam mengambil langkah. Dukungan terhadap produk lokal dinilai penting untuk mengurangi ketergantungan impor.
Sementara bagi pelaku usaha, lindung nilai atau
forward contract bisa digunakan sebagai pengaman nilai tukar. Pakar juga mengingatkan agar tidak panik membeli dolar karena justru berpotensi menimbulkan kerugian jika rupiah kembali menguat, serta mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan rasional.
Diversifikasi portofolio juga menjadi rekomendasi utama, misalnya dengan alokasi 40 persen emas, 30 persen obligasi, 20 persen dolar AS, dan 10 persen saham berbasis ekspor. Investor juga disarankan memanfaatkan aplikasi keuangan untuk memantau nilai tukar melalui platform terpercaya.
Pelemahan rupiah bukan akhir dari segalanya, melainkan sinyal untuk lebih cerdas mengelola keuangan. Dengan kombinasi investasi yang tepat dan dukungan pada produk lokal, masyarakat diyakini dapat menghadapi gejolak nilai tukar dengan lebih percaya diri. (Muhammad Adyatma Damardjati)