Ilustrasi rupiah. Foto: Medcom.id/Husen Miftahudin
Insi Nantika Jelita • 17 July 2024 16:44
Jakarta: Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meramalkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bakal terus menguat.
Dia meyakininya dengan pertimbagan bauran kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia dan pengaruh eksternal seperti kebijakan moneter AS. Saat ini rupiah menguat 1,21 persen dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2024.
Menurut dia, penurunan suku bunga kebijakan Amerika Serikat (AS) atau fed funds rate/FFR diperkirakan lebih cepat dari proyeksi sebelumnya pada akhir 2024, di tengah
yield US Treasury 10 tahun yang tetap tinggi karena kebutuhan defisit anggaran Pemerintah AS. Hal itu diyakini akan memengaruhi penguatan rupiah.
Rupiah diperkirakan stabil
"Ke depan, nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak stabil dalam kecenderungan menguat. Ini karena FFR akan lebih maju dan juga komitmen BI untuk menjaga stabilitas rupiah," ungkap Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, di Kantor BI, dilansir Media Indonesia, Rabu, 17 Juli 2024.
Perry menuturkan komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar rupiah mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing. Hingga 15 Juli 2024, posisi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) masing-masing tercatat sebesar Rp775,45 triliun, USD1,82 miliar, dan USD267 juta.
Penerbitan SRBI telah mendukung aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri, tercermin dari kepemilikan nonresiden yang mencapai Rp220,35 triliun (28,42 persen dari total outstanding).
"Bank Indonesia terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI," ungkap Perry.