Ilustrasi. Foto: dok MI.
Husen Miftahudin • 5 December 2023 09:57
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami pelemahan, setelah menguat di perdagangan kemarin.
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 5 Desember 2023, rupiah hingga pukul 09.38 WIB berada di level Rp15.511 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 48 poin atau setara 0,31 persen dari Rp15.463 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp15.509 per USD, turun hingga 60 poin atau setara 0,38 persen dari Rp15.449 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Meski demikian rupiah kemungkinan besar akan mengalami penguatan.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.430 per USD hingga Rp15.490 per USD," ujar Ibrahim.
Baca juga: Penguatan Dolar AS Terkerek Imbal Hasil Obligasi
Fed bakal pangkas suku bunga
Ibrahim mengungkapkan, dolar AS mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir di tengah taruhan penurunan suku bunga Fed. Proyeksi tersebut membuat indeks dolar dan indeks dolar berjangka naik sedikit, namun tetap berada dalam jangkauan posisi terendah yang terakhir terlihat pada awal Agustus.
Ketua Fed Jerome Powell menyampaikan nada yang tampaknya kurang
hawkish dalam dua pidatonya, dengan pasar bertaruh komentarnya tentang menjaga keseimbangan antara kebijakan moneter yang ketat dan
soft economic landing menandai berakhirnya siklus kenaikan suku bunga The Fed secara pasti.
Meskipun Powell masih memperingatkan
suku bunga akan tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, para pedagang meningkatkan ekspektasi mereka terhadap kebijakan The Fed yang tidak terlalu hawkish dalam beberapa bulan mendatang.
Pasar memperhitungkan kemungkinan lebih dari 90 persen, The Fed akan mempertahankan suku bunganya ketika bertemu nanti pada Desember 2023, dan lebih dari 60 persen kemungkinan bank sentral AS tersebut akan mulai memangkas suku bunga pada Maret 2024.
Namun perkiraan ini sebagian besar bergantung pada inflasi dan pasar tenaga kerja, dengan data nonfarm payrolls yang dirilis pada Jumat akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai hal tersebut.
"Namun, prospek kebijakan The Fed yang tidak terlalu
hawkish mendorong penguatan mata uang Asia hingga November, sementara dolar anjlok," terang Ibrahim.