Ilustrasi. Foto: Dok MI
Rupiah Ditutup Perkasa Jelang Libur Panjang Natal
Eko Nordiansyah • 24 December 2025 16:10
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami penguatan. Mata uang Garuda sudah menguat terhadap dolar AS sejak pembukaan pagi tadi.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 24 Desember 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.765 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 22 poin atau setara 0,13 persen dari posisi Rp16.787 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp16.755 per USD. Rupiah menguat 30 poin atau setara 0,18 persen dari Rp16.785 per USD di pembukaan perdagangan hari ini.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.767 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.790 per USD.
Baca Juga :
Evolusi Mata Uang Spanyol: Dari Peseta ke Euro
.jpg)
(Ilustrasi. MI/Ramdani)
Ketegangan geopolitik tekan dolar AS
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, pergerakan rupiah pada hari ini dipengaruhi oleh sentimen meningkatnya ketegangan antara AS dan Venezuela, setelah angkatan laut AS terlihat berupaya menyita kapal tanker minyak ketiga yang terkait dengan negara Amerika Selatan tersebut.
Presiden AS Donald Trump terus melancarkan retorika terhadap Caracas dan Presiden Nicolas Maduro, memperingatkan potensi serangan angkatan laut. Trump juga mengatakan AS akan menahan minyak dari kapal tanker Tiongkok yang disita di lepas pantai Venezuela.
Di sisi lain, ketegangan Iran-Israel kembali memanas, setelah laporan menunjukkan Iran mungkin menggunakan latihan militer skala besar sebagai kedok potensial untuk operasi ofensif.
Pejabat Israel juga telah memperingatkan Teheran mungkin sedang membangun kembali fasilitas pengayaan nuklir yang sebelumnya menjadi sasaran serangan AS pada Juni. Selain itu, Israel berencana untuk memberi pengarahan kepada Washington tentang potensi serangan lebih lanjut terhadap Teheran.
Ke depan, pasar terus mengantisipasi pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut oleh Fed hingga 2026, karena data terbaru menunjukkan tekanan inflasi yang mendingin dan pasar tenaga kerja AS yang lebih lemah.
"Fokus psar hari ini adalah pada rata-rata empat minggu perubahan ketenagakerjaan ADP, laporan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal ketiga yang tertunda, Pesanan Barang Tahan Lama, Produksi Industri, dan Kepercayaan Konsumen AS," papar Ibrahim.