Sri Mulyani Ungkap Dinamika Ekonomi Global dan Indonesia 2025: Perang Dagang hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: YouTube DPD RI.

Sri Mulyani Ungkap Dinamika Ekonomi Global dan Indonesia 2025: Perang Dagang hingga Inflasi

Ade Hapsari Lestarini • 4 September 2025 12:44

Jakarta: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memaparkan kondisi dinamika perekonomian global dan nasional saat ini. Menkeu mengatakan perekonomian saat ini masih berjalan dinamis dan baik.

"Dari sisi global kita lihat perang dagang antara Amerika dengan seluruh negara, baik yang dianggap tadinya sekutu, maupun mereka yang dianggap berbeda, masih mengalami eskalasi," buka Sri Mulyani saat Rapat Kerja Komite IV Bersama Menteri PPN/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan dan Gubernur BI, secara daring pada 2 September 2025.

Selain itu, Amerika menetapkan tarif 50 persen kepada India karena mereka membeli minyak dari Rusia, juga terhadap Tiongkok walaupun ada 90 hari jeda. Namun sudah dalam posisi tarif yang lebih tinggi.

 

Baca juga: Airlangga Hartarto: Fundamental Ekonomi Indonesia Solid
 

Ketidakpastian global bikin volatilitas di pasar keuangan


Di sisi lain, Pemerintah melihat ada beberapa perkembangan dalam dinamika ekonomi global seperti inflasi di Amerika Serikat yang relatif lebih dingin. Namun di sisi lain concern mengenai pengangguran juga meningkat.

"Presiden Trump juga mulai masuk ke beberapa sektor tertentu, tidak hanya besi baja yang selama ini menjadi fokus, tapi juga pharmaceutical serta tentu saja perang di bidang digital yaitu chips terutama untuk akses teknologi artificial intelligence," kata Sri Mulyani, kembali dikutip Kamis, 4 September 2025.

Menurut Menkeu, kondisi ketidakpastian ini telah menimbulkan volatilitas di pasar keuangan dan juga volatilitas dari harga komoditas. Hal ini karena harga komoditas dan pasar keuangan sangat tergantung kepada sentimen yang di-drive oleh kebijakan, retorika maupun perkembangan antarnegara.

Sementara dari sisi keamanan global, ancaman keamanan siber dan perang nuklir itu menjadi makin nyata karena tensi hubungan geopolitik yang meningkat.


Ilustrasi bendera AS-Tiongkok. Foto: Freepik.
 
Baca juga: BPS Catat Deflasi 0,08% di Agustus 2025
 

Resiliensi ekonomi Indonesia di tengah perang dagang


Sri Mulyani mengatakan, di tengah perang tarif Amerika Serikat terhadap berbagai ekonomi di seluruh dunia, sejumlah negara masih menunjukkan resiliensinya dari sisi pertumbuhan ekonomi hingga kuartal kedua.

"Dan ini menunjukkan pada saat liberation day atau tarif diumumkan pada April, banyak kegiatan yang dilakukan secara front loading. Indonesia pun dari sisi perekonomian domestik masih menunjukkan adanya resiliensi dengan tekanan perekonomian global dari sisi ketidakpastian dan gejolak. Namun kita tetap harus waspada," jelas Menkeu.

Dia memaparkan pertumbuhan ekonomi yang diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal kedua mencapai 5,12 persen dan inflasi juga tetap terjaga. Headline inflation berada di posisi 2,31 persen. Serta pada Agustus BPS merilis angka deflasi.

"Inflasi yang berasal dari volatile food bisa dikendalikan, meskipun kita tetap harus waspada terhadap inflasi yang berasal dari harga pangan, terutama beras. Inflasi inti, dalam hal ini yang mencerminkan daya beli, menunjukkan angka di 2,17, berarti dari sisi demand perekonomian masih terjadi peningkatan," tambah dia.

Sedangkan dari sisi administered price, inflasi hanya satu persen. Hal ini menunjukkan langkah-langkah pemerintah, baik di kuartal satu maupun kuartal dua, yang melakukan stimulasi ekonomi dengan memberikan berbagai PPN yang ditanggung pemerintah untuk menurunkan tarif-tarif dari angkutan telah memberikan kontribusi kepada inflasi administered price yang rendah.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)