Menyerah Lawan Dolar AS, Rupiah Ditutup Turun 0,34%

Ilustrasi rupiah. Foto: MI

Menyerah Lawan Dolar AS, Rupiah Ditutup Turun 0,34%

Husen Miftahudin • 18 July 2024 17:04

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan, setelah lompat tinggi kemarin pascakeputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuannya di level 6,25 persen.

Mengutip data Bloomberg, Kamis, 18 Juli 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.155 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah sebanyak 55 poin atau setara 0,34 persen dari posisi Rp16.100 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat besok akan melemah kembali.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.140 per USD hingga Rp16.200 per USD," ujar Ibrahim, dikutip dari analisis hariannya.

Ia pun membeberkan penyebab melemahnya nilai tukar rupiah saat melawan dolar AS hari ini, diantaranya sentimen yang berasal dari eksternal maupun internal.
 

Inflasi membaik, Fed bakal pangkas suku bunga


Pejabat tinggi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengatakan The Fed lebih dekat untuk memangkas suku bunga mengingat lintasan inflasi yang membaik dan pasar tenaga kerja dalam keseimbangan yang lebih baik. Hal itu menjadi pernyataan yang membuka jalan terhadap pengurangan biaya pinjaman pada September.

Gubernur The Fed Christopher Waller dan Presiden The Fed New York John Williams sama-sama mencatat semakin pendeknya cakrawala menuju kebijakan moneter yang lebih longgar.

"Waller menyoroti hal ini dalam pidatonya di Kansas City Fed dan Williams menegaskannya dalam wawancara. Secara terpisah, Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin merasa sangat gembira penurunan inflasi mulai meluas," jelas Ibrahim.

Sementara itu, ancaman pembatasan AS terhadap Tiongkok meningkatkan kekhawatiran atas perang dagang baru antarnegara. Komentar baru-baru ini oleh calon presiden dari Partai Republik Donald Trump mengenai belanja pertahanan AS di Taiwan juga membuat sentimen terhadap pasar regional tetap gelisah.

Langkah seperti itu dapat mewakili upaya berkelanjutan pemerintahan Biden untuk memutus akses Tiongkok terhadap kemajuan dalam kecerdasan buatan terhadap teknologi dan industri pembuatan cip.

"Hal ini juga dapat memicu tindakan pembalasan yang keras dari Beijing, sehingga memicu perang dagang baru antara negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia," tutur dia.

Laporan tersebut muncul ketika Tiongkok juga menghadapi kekhawatiran atas melambatnya pemulihan ekonomi Tiongkok, terutama setelah data produk domestik bruto (PDB) kuartal kedua menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
 
Baca juga: Rupiah Kembali Merosot 0,35% ke Level Rp16.157/USD
 

Perkiraan pertumbuhan ekonomi RI


Di sisi lain, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2024 mampu berada dalam rentang 4,7 persen hingga 5,5 persen berkat kinerja perekonomian domestik. Konsumsi rumah tangga dan investasi mendorong kinerja produk domestik bruto (PDB) triwulan II-2024.

Ekspor barang meningkat didorong oleh kenaikan ekspor produk manufaktur dan pertambangan, terutama logam dan bijih logam serta besi baja, ke negara mitra dagang utama seperti India dan Tiongkok.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III dan IV juga diperkirakan akan tetap baik. Proyeksi positif ini juga didorong oleh rencana peningkatan stimulus fiskal dari 2,3 persen menjadi 2,7 persen dari PDB serta kinerja ekspor yang meningkat dengan kenaikan permintaan dari mitra dagang utama.

BI menyatakan akan terus memperkuat sinergi antara stimulus fiskal oleh Pemerintah dengan stimulus makroprudensial oleh BI. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi dapat didorong agar tetap berkelanjutan, khususnya dari sisi permintaan.

BI juga terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk memitigasi dampak risiko tingginya ketidakpastian global. Koordinasi kebijakan dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) ditempuh melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)