Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Annisa Ayu Artanti • 5 April 2024 16:26
Jakarta: Menjelang libur panjang Idulfitri, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup menguat.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat, 5 April 2024, rupiah berhasil melibas dolar AS ke level Rp15.848 per USD. Posisi tersebut lebih kuat 0,28 persen atau 44,5 poin dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara itu, berdasarkan data Yahoo Finance, penguatan rupiah terhadap mata uang Paman Sam itu lebih tinggi yaitu 50 poin atau setara 0,31 persen dibandingkan penutupan kemarin. Rupiah sore ini berada pada level Rp15.839 per USD.
Adapun penutupan perdagangan kemarin rupiah berada pada posisi Rp15.889 per USD.
Antisipasi pelaku pasar
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan rupiah pada sore ini dipicu oleh antisipasi pelaku pasar terhadap data ekonomi Amerika Serikat dan kemungkinan yang akan terjadi terhadap suku bunga The Fed.
Rilis data utama nonfarm mendorong lebih banyak kehati-hatian terhadap suku bunga AS. Selain itu, kekhawatiran akan memburuknya konflik di Timur Tengah ketika Iran mengancam akan melakukan tindakan militer terhadap Israel, membuat selera risiko sebagian besar tetap lemah.
Volume perdagangan regional juga melemah karena libur pasar Tiongkok.
Komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve juga mendukung
greenback, setelah Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa inflasi yang tinggi dapat menyebabkan bank sentral tidak memangkas suku bunga sama sekali pada 2024.
Komentar yang muncul setelah serangkaian sinyal serupa dari pejabat Fed lainnya, memicu kerugian besar di Wall Street dan membuat sebagian besar pedagang waspada terhadap aset-aset yang didorong oleh risiko.
Sementara dari dalam negeri, posisi cadangan devisa Indonesia yang tetap tinggi dinilai mampu menopang rupiah.
Bank Indonesia melaporkan, cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2024 mencapai USD140,4 miliar, menurun dibandingkan posisi pada akhir Februari 2024 sebesar USD144,0 miliar.
Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah, antisipasi kebutuhan likuiditas valas korporasi, dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
"Meski turun, posisi cadangan devisa tersebut tetap tinggi. Di samping itu, Bank Indonesia juga menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," jelas Ibrahim.