Harga Emas Dunia Terus 'Naik-naik ke Puncak Gunung'

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Harga Emas Dunia Terus 'Naik-naik ke Puncak Gunung'

Husen Miftahudin • 24 September 2025 09:03

Chicago: Harga emas dunia saat ini ibarat lagu anak-anak ciptaan Ibu Sud, Naik-naik ke Puncak Gunung. Pasalnya, logam mulia tersebut terus melonjak hingga mencetak rekor tertinggi baru pada perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB).

Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik, ekspektasi pemotongan suku bunga AS lebih lanjut, dan meningkatnya kekhawatiran pasar keuangan telah naik terlalu jauh.

Mengutip Yahoo Finance, Rabu, 24 September 2025, harga emas berjangka naik 0,3 persen, mencapai USD3.787,80 per ons. Sementara harga spot naik satu persen menjadi USD3.750,45 per troy ons, setelah sempat mencapai rekor baru USD3.759 di awal sesi.

Logam mulia telah diuntungkan dari status tradisionalnya sebagai aset safe haven di masa ketidakpastian, dan investor memiliki banyak alasan untuk berhati-hati. Konflik yang sedang berlangsung di Ukraina dan Timur Tengah, kekhawatiran inflasi yang terus berlanjut, dan risiko politik di AS, semuanya berkontribusi pada reli ini.

Sementara itu, di Eropa, negara-negara yang dekat dengan perbatasan Rusia khawatir Moskow sedang menguji kesabaran NATO dengan pelanggaran wilayah udara yang berulang.

Kekhawatiran Presiden AS Donald Trump dapat merusak kesehatan fiskal Amerika dengan meningkatkan pinjaman, dan tindakannya yang melemahkan Federal Reserve AS, juga membuat emas tampak sebagai tempat yang aman dan menarik bagi para pedagang.

Bank sentral juga merupakan pembeli emas yang signifikan pada 2025, mempercepat upaya untuk mendiversifikasi cadangan mereka dan mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
 

Baca juga: Emas Pecah Rekor Tertinggi, Momentum Bullish Masih Kuat


(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
 

Tren jangka pendek emas masih bullish


Sementara tren yang lebih luas tetap mendukung emas, beberapa analis percaya reli mungkin terhenti dalam waktu dekat. "Tren jangka pendek masih bullish, tetapi dalam basis intraday, kami memperkirakan penurunan jangka pendek lebih disebabkan oleh faktor teknis," ujar analis pasar senior Oanda, Kelvin Wong.

Meskipun emas tidak memiliki hasil pendapatan, tidak seperti aset berbunga seperti uang tunai atau obligasi, penurunan suku bunga akan mengurangi biaya peluang dalam memegang logam, sehingga membuatnya lebih menarik bagi investor.

Jim Reid, ahli strategi pasar di Deutsche Bank, mengatakan harga emas berada di jalur yang tepat untuk mencapai kinerja tahunan terkuatnya sejak 1979, ketika harga melonjak naik hingga 127 persen dengan latar belakang krisis minyak setelah Revolusi Iran, yang menyebabkan lonjakan inflasi baru dan mendorong investor mencari emas sebagai lindung nilai terhadapnya.

"Secara riil, harga emas tidak benar-benar mencapai titik tertinggi yang tercatat sekitar waktu ini hingga awal bulan ini, sekitar 45 tahun kemudian," tutur Reid.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)