Monumen Kresek, Pemberontakan PKI Madiun. (OSC Medcom.id)
Lukman Diah Sari • 18 September 2025 08:22
Jakarta: Hari Ini, tepatnya 77 tahun lalu, pada 18 September 1948, sejarah mencatat pemberontakan pertama pasca-Indonesia memproklamasikan kemeredekaan meletus di Madiun, Jawa Timur. Peristiwa itu dikenal dengan Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun.
Pemberontakan PKI Madiun, pada 18 September 1948, bertujuan menggulingkan pemerintahan Indonesia hingga mengganti landasan negara Pancasila menjadi Komunisme. Melansir Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Pemberontakan PKI Madiun hendak mendirikan negara Republik Indonesia Soviet.
Latar Belakang Pemberontakan PKI Madiun
Melansir
Medcom.id, pemberontakan ini dilatarbelakangi program Rekonstruksi dan Rasionalisasi militer (ReRa) oleh Kabinet Moh Hatta yang menggantikan Kabinet Amir Syarifuddin. Amir jatuh dari kepemimpinannya sebagai Perdana Menteri Indonesia lantaran Perjanjian Renville.
Dalam laman
Zenius, Perjanjian Renville dinilai sangat merugikan RI, karena ada penyempitan wilayah. Sehingga memicu mosi tidak percaya terhadap Kabinet Amir Syarifuddin, dan digantikan oleh Kabinet Moh Hatta.
Setelah turunnya Amir dari posisi Perdana Meteri, Amir kemudian mendirikan Front Demokrasi Rakyat (FDR), yang terdiri dari PKI, Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), dan Pemuda Sosialis Indonesia (PESINDO), yang merupakan golongan kiri.
Amir dan pendukungnya yang merupakan golongan kiri, merasa kecewa dengan program ReRa Kabinet Moh Hatta. Program itu, -mengutip Zenius-, mengembalikan 100 ribu tentara jadi rakyat biasa untuk mengurangi kekuasaan militer dan beban anggaran gaji tentara.
Kembalinya Musso ke Tanah Air
Musso Manowar merupakan salah satu tokoh dalang dari Pemberontakan PKI Madiun. Musso adalah tokoh komunis Indonesia, yang lama tinggal di Uni Soviet.
Sepulangnya ke Indonesia, pada 11 Agustus 1948, Musso mengunjungi Presiden Soekarno di Yogyakara, Ibu Kota Indonesia saat itu. Musso menyampaikan gagasan dikenal dengan 'Jalan Baru' agar Indonesia berdaulat penuh, yakni dengan bekerja sama dengan Uni Soviet.
Namun, gagasan itu ditolak Perdana Meteri Moh Hatta. Sikap Moh Hatta memicu Musso dan pihak golongan kiri di Indonesia untuk memberontak.
Pemberontakan PKI Madiun Meletus 18 September
Pada awal September -melansir
Medcom.id- Musso, Amir, dan pihak PKI berkeliling Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk menggencarkan gerakan. Kelompok FDR pun membuat onar di Surakarta, Jawa Tengah -mengutip
Zenius-, untuk mengalihkan perhatian TNI. Nyatanya, 18 September 1948, FDR membentuk Pemerintahan Soviet Republik Indonesia di Madiun, Jawa Timur.
Pada dini hari, 18 September 1948, kelompok FDR dan pendukungnya bergerak cepat menguasai Kota Madiun. Mereka merebut kantor pemerintahan, markas militer, kantor polisi, stasiun radio, dan infrastruktur strategis lainnya. Beberapa perwira militer yang menolak bergabung dengan pemberontakan dibunuh.
Melalui siaran radio lokal, kelompok pemberontak mengumumkan pembentukan sebagai "Pemerintahan Front Nasional", dengan klaim "Kemenangan Dimulai dari Madiun."
Gerak Cepat Pemerintah
Gerakan oleh golongan kiri itu, -melansir
Medcom.id- membuat Presiden Soekarno mengambil langkah tegas. Pada 19 September 1948, Soekarno lewat radio Yogyakarta meminta Kolonel Sungkono sebagai Gubernur Militer Jawa Timur menindak pemberontakan dan merebut kembali Kota Madiun.
Penangkapan pimpinan PKI di berbagai daerah, termasuk Ibu Kota Yogyakarta dilakukan pada malam harinya. Tak hanya itu, Panglima Besar Jenderal Sudirman memerintahkan pengepungan Kota Madiun.
Pasukan pemerintah memburu para pemberontak. Operasi tersebut membuahkan hasil, Brigade Sudarsono yang dipimpin Kapten Sunandar menembak mati Musso Manowar di Desa Sumoroto, Ponorogo, pada akhir Oktober 1948.
Kemudian Amir Syarifuddin ditangkap -melansir
Zenius-. Selanjutnya, tokoh-tokoh pemberontak ditangkap di Desa Girimarto dan menjalani hukuman militer pada 5 November 1948 -mengutip
Medcom.id-.
Monumen Kresek
Untuk mengingat sejarah Pemberontakan PKI Madiun 18 September 1948, sebuah monumen didirkan. Namanya, Monumen Kresek.
Monumen Kresek terletak di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. Monumen ini dibangun pada 1987, kemudian diresmikan pada 1991.
Melansir
OSC Medcom.id, ikon monumen ini adalah patung yang menggambarkan sosok Musso. Patung itu tampak mengayunkan pedang ke lelaki tua yang merupakan tokoh berpengaruh di Madiun, disebut Kiai Husen.
Selain itu, di seputaran monumen juga terdapat relief-relief yang menggambarkan cara-cara PKI saat membinasakan tokoh dan ulama di Madiun. Ada juga prasasti yang bertuliskan nama-nama prajurit TNI dan tokoh di Madiun yang gugur.